BAHASA DAN SASTRA DALAM KONSEP ISLAM
Oleh
:
Siti
Rahma
F91112010
Jurusan
Sastra Jepang
Fakultas
Ilmu Budaya
Universitas
Hasanuddin
Makassar
2012
Daftar Isi
Kata pengantar
..................................................................................................i
Daftar Isi
...........................................................................................................ii
Bab I : Pendahuluan
1.1
Latar belakang
...............................................................................1
1.2
Rumusan masalah
..........................................................................2
1.3
Tujuan penulisan
............................................................................2
Bab II : Pembahasan
2.1
Pengertian sastra islam
...................................................................3 2.2 Sastra islam di
indonesia ................................................................4 2.3
Sastra islam dan nama lain
..............................................................11 2.4
Periodisasi sastra islam di nusantara
...............................................11 2.5 Perdebatan seputar sastra islam
.......................................................16
Bab III : Penutup
3.1
Kesimpulan
.......................................................................................17 3. 2 Saran
................................................................................................17
Daftar pustaka
Catatan kaki
Kata Pengantar
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Penulisan makalah yang berjudul “ SASTRA DAN BAHASA DALAM
KONSEP ISLAM “ yaitu bertujuan untuk mengetahui
Ucapan
terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu menyiapkan
, memberikan masukan, dan menyusun makalah. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Oleh
karena itu, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan guna menyempurnakan
makalah ini dalam kesempatan berikutnya. Semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan dan ilmu pengetahuan tentang
agama, serta para pembaca.
Makassar,
mei 2013
Penulis
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Jakob
Sumardjo pernah menyatakan keprihatinannya soal sastra Islam.
Menurutnya, Indonesia memiliki
warisan sastra Islam yang amat kaya, namun sedikit sekali kajian atas jenis
sastra ini, baik di zaman kolonial maupun setelah kemerdekaan. Karya-karya
sastra Islam ini dapat menguak peradaban Islam Indonesia yang sudah berlangsung
lebih dari 500 tahun
Menurut Abdurrahman Wahid, sastra Islam
merupakan bagian dari peradaban Islam yang dapat
dilihat dari dua sisi pertama yaitu orang yang condong melihatnya secara legalitas formal dimana sastra
Islam harus selalu bersandar pada al Qur’an dan Hadits sedangkan yang kedua
orang yang condong melihat sastra Islam dari pengalaman religiusitas
(keberagamaan) seorang muslim yang tidak
bersifat formal legislatif, artinya sastra Islam tak harus bersumber dari al Qur’an dan Hadits (formal) dan
bersifat adoptif terhadap pengaruh-pengaruh lain terutama dimensi sosiologis dan psikologis sastrawan muslim yang tercermin
dari karyanya yang menggambarkan pengalaman keberagamaannya.
Pendapat lain
menyebutkan, Kesusastraan Islam ialah
manifestasi dari rasa, karsa, cipta, dan karya manusia muslim dalam mengabdi
kepada Allah untuk
kehidupan ummat manusia. Seni Islam adalah seni karena Allah untuk umat manusia (l'art par die et l'art pour
humanite) yang dihasilkan oleh para seniman muslim bertolak dari
ajaran wahyu Ilahi dan
fitrah insani. Seperti disebutkan dalam Manifes Kebudayaan dan Kesenian Islam 13 Desember 1963 di Jakarta, yang
dideklarasikan untuk merespon Lekra dan Manifes Kebudayaan 17 Agustus 1963 para seniman, budayawan
muslim beserta para ulama yang dimotori
Djamaludin Malik.
1.2 Rumusan masalah
1. Pengertian sastra islam ?
2. Bagaimana sastra islam di indonesia ?
3. Bagian-bagian sastra islam dan nama lainnya?
4. Penjelasan tentang periodisasi sastra islam di nusantara?
5. Perdebatan seputar sastra islam?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu sastra islam.
2. Untuk mengetahui sejarah sastra islam.
3. Untuk mengetahui bagian-bagian sastra islam
dan nama lainnya.
4. Untuk mengetahui periodisasi sastra islam di nusantara.
5. Untuk mengetahui peradaban seputar islam.
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Sastra islam
Sastra (Sansekerta, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa
Sansekerta śāstra, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau
“pedoman”, dari kata dasar śās- yang berarti “instruksi” atau “ajaran”. Dalam
bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan”
atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Tetapi
kata “sastra” bisa pula merujuk kepada semua jenis tulisan, apakah ini indah
atau tidak.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi
sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak
berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk
mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Pengertian
sastra islam menurut para ahli yaitu : Sastra Islam
menurut Said Hawwa adalah seni atau sastra yang
berlandaskan kepada akhlak Islam.
menurut Ala al Mozayyen sastra Islam
muncul sebagai media dakwah, yang di dalamnya terdapat tujuh
karakteristik konsistensi, pesan, universal, tegas dan jelas, sesuai dengan realita,
optimis, dan menyempurnakan akhlak manusia.
Goenawan
Mohammad disebutkan, sastra Islam adalah sastra yang
mempromosikan sistem kepercayaan atau ajaran Islam; memuji dan mengangkat tokoh-tokoh
Islam; mengkritik realitas yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam;
mengkritik pemahaman Islam yang dianggap tidak sesuai dengan semangat asli
Islam awal, atau paling tidak, sastra yang tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam (Goenawan Mohammad: 2010).
2.2 Sastra
islam di indonsia
Dalam literatur sastra di Indonesia, sastra
keagamaan, khususnya Islam, meski tidak diakui secara universal, tampaknya
telah menjadi genre tersendiri. Menurut A. Teeuw, dalam sejarah sastra di
Indonesia, religiusitas merupakan tema universal yang menjadi tema sastra dari Hamzah Fansuri hingga
Sutardji. Selain keduanya, tema ini pun juga menjadi tema pavorit (an sich) bagi Sunan Bonang, Yasadipura
II, Ranggawarsita III, Raja Ali Haji, Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, Sanusi Pane, HAMKA, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Achdiat Karta Mihardja, Bachrum Rangkuti, AA. Navis, Jamil Suherman, Kuntowijoyo, Danarto, dan Abdul Hadi WM[8].
Dalam artikel yang dibacakan di 11th European Colloquium on
Indonesian and Malay Studies yang diselenggarakan Lomonosov Moscow State
University pada 1999, pengajar sastra Universitas Indonesia (UI), Ibnu Wahyudi,
mengatakan, awal keberadaan sastra Indonesia modern dimulai pada 1870-an, yang
ditandai dengan terbitnya puisi “Sair Kedatangan Sri Maharaja Siam di Betawi”
(anonim) yang sekarang diterbitkan kembali dalam Kesastraan Melayu Tionghoa dan
Kebangsaan Indonesia.
Karya
sastra di Indonesia sejak tahun 1920 – 1950, yang dipelopori oleh penerbit
Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah
pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu
Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki
misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu
bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas
dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura.
Karangan prosa ialah karangan yang
bersifat menerangjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau
peristiwa dan lain-lain. Pada dasarnya karya bentuk prosa ada dua macam, yakni
karya sastra yang bersifat sastra dan karya sastra yang bersifat bukan sastra.
Yang bersifat sastra merupakan karya sastra yang kreatif imajinatif, sedangkan
karya sastra yang bukan astra ialah karya sastra yang nonimajinatif.
Macam
Karya Sastra Bentuk Prosa Dalam
khasanah sastra Indonesia dikenal dua macam kelompok karya sastra menurut
temanya, yakni karya sastra lama dan karya sastra baru. Hal itu juga berlaku
bagi karya sastra bentuk prosa. Jadi, ada karya sastra prosa lama dan karya
sastra prosa baru. Perbedaan prosa lama dan prosa baru
menurut Dr. J. S. Badudu adalah:
Prosa lama:
1. Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan
masyarakat lama yang mengalami perubahan secara lambat.
2. Istanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana,
keluarga raja, bersifat
feodal).
feodal).
3. Hampir seluruhnya berbentuk hikayat,
tambo atau dongeng. Pembaca
dibawa ke
dalam khayal dan fantasi.
4. Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu
dan Arab.
5. Ceritanya sering
bersifat anonim (tanpa nama)
6. Milik bersama
Prosa Baru:
1.
Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan
perkembangan masyarakat)
2.
Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari
kehidupan masyarakat sehari-hari)
3.
Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di
dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan kenyataan
4.
Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
5.
Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
6.
Tertulis
1.
Prosa
v Prosa lama
Prosa lama adalah karya sastra
daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Dalam
hubungannya dengan kesusastraan Indonesia maka objek pembicaraan sastra lama
ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat. Hal ini
disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra Indonesia. Karya
sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan. Disebabkan
karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan setelah agama
dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Melayu mengenal tulisan.
Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak
sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.
Bentuk-bentuk sastra prosa lama
adalah:
a.
Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib
dan ditokohi
b.
oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul
c.
Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya
suatu tempat.
d.
Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang
e.
Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang.
Contoh: Kancil
f.
Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi
kehidupan raja- raja dan sekitarnyaserta kehidupan
para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah.
g.
Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal.
Contoh:Cerita Pak Belalang.
h.
Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat
cerita lagi yang
i.
dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh:Seribu satu
malam.
v Prosa Baru
Prosa baru
adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya
Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar
permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah
karangan H. Moekti.
Berdasarkan
isi atau sifatnya prosa baru dapat digolongkan menjadi:
1. Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam .
1. Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam .
2. Riwayat
adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang
sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang sejak kecil hingga
dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa atau Prof. Dr. B.I Habibie atau
Ki hajar Dewantara.
3. Otobiografi adalah karya yang
berisi daftar riwayat diri sendiri.
4. Antologi adalah buku yang berisi
kumpulan karya terplih beberapa orang.
Contoh Laut
Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
5.Kisah adalah
riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian kemudian
mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh: Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan
di Sumatera – M. Rajab.
6.Cerpen adalah suatu karangan prosa
yang berisi sebuah peristiwa kehidupan manusia, pelaku, tokoh dalam cerita
tersebut. Contoh: Tamasya dengan Perahu Bugis karangan Usman. Corat-coret di
Bawah Tanah karangan Idrus.
7.Novel adalah suatu karangan prosa
yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan
kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan YB. Mangunwijaya.
8.Kritik adalah
karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi
alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yangs ifatnya
objektif dan menghakimi.
9.Resensi
adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar
pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan,
dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu
tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
10. Esei adalah ulasan/kupasan suatu
masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya
bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya,
seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera
pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.
2.
Puisi
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris
serta ditandai oleh bahasa yang
padat.
Unsur-unsur intrinsik puisi adalah:
a. tema adalah tentang
apa puisi itu berbicara b. amanat adalah apa yang
dinasihatkan kepada pembaca c. rima adalah persamaan-persamaan
bunyi d. ritma adalah
perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur e.
metrum/irama adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh persamaan jumlah kata/suku tiap baris
f. majas/gaya
bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi ekspresi
g. kesan adalah
perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-api, dll.)
h. diksi adalah
pilihan kata/ungkapan
i. tipografi
adalah perwajahan/bentuk puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan
puisi baru.
a. puisi lama
a. puisi lama
Ciri puisi lama:
1. merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama
pengarangnya
2. disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan
sastra lisan
3. sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris
tiap bait, jumlah suku
kata maupun rima
Yang termasuk puisi lama adalah
1. mantra adalah ucapan-ucapan yangd ianggap memiliki
kekuatan gaib
2. pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b,
tiap bait 4 baris, tiap
baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai
sampiran, 2 baris
berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun
anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
3. karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi
pendek
4. seloka adlah pantun berkait
5. gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2
baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
6. syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan
ciri tiap bait 4 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
7. talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri
dari 6, 8, ataupun 10 baris
b. puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik
dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima.Menurut isinya, puisi
dibedakan atas
1. balada adalah puisi berisi kisah/cerita
2. himne adAlah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau
pahlawan
3. ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang ebrjasa
4. epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
5. romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta
kasih
6. elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
7. satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik Membaca
Puisi
Adapun
faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membaca puisi antara lain:
1. jenis acara: pertunjukkan, pembuka acara resmi,
performance-art, dll.,
2. pencarian jenis puisi yang cocok dengan tema:
perenungan, perjuangan,
pemberontakan, perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih
sayang, dendam,
keadilan, kemanusiaan, dll.,
3. pemahaman puisi yang utuh,
4. pemilihan bentuk dan gaya baca puisi, meliputi poetry
reading, deklamasi,
dan teaterikal
5. tempat acara: indoor atau outdoor,
6. audien,
7. kualitas komunikasi,
8. totalitas performansi: penghayatan, ekspresi( gerak dan
mimik)
9. kualitas vokal, meliputi volume
suara, irama (tekanan dinamik, tekanan nada, tekanan tempo)
10. kesesuaian gerak,
11. jika menggunakan bentuk dan gaya
teaterikal, maka harus memperhatikan:
a) pemilihan kostum yang tepat,
b) penggunaan properti yang efektif dan
efisien,
c) setting yang sesuai dan mendukung
tema puisi,
d) musik yang sebagai musik pengiring
puisi atau sebagai musikalisasi puisi
3.
Drama/Film
Drama atau film merupakan karya yang
terdiri atas aspek sastra dan asepk pementasan. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra
film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema,
amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata
artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara,
busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan
gerak para pemain).
2.3 Sastra islam dan nama lain
Menurut Sukron
Kamil, di Indonesia, sastra Islam dikenal dengan banyak sebutan. Diantaranya:
(1) sastra sufistik, yaitu sastra yang mementingkan
pembersihan hati (tazkiyah an-nafs) dengan berakhlak baik agar bisa
dekat sedekat mungkin dengan Allah.
(2) Sastra
suluk, yaitu karya sastra yang menggambarkan perjalanan spiritual seorang sufi mencapai taraf
di mana hubungan jiwanya telah dekat dengan Tuhan, yaitu musyâhadah, penyaksian terhadap keesaan Allah.
(4) sastra profetik, yaitu sastra yang dibentuk
berdasarkan atau untuk tujuan mengungkapkan prinsip-prinsip kenabian/wahyu.
2.4 Periodisasi sastra islam di nusantara
Menurut Abdul Hadi WM[9], Sastra Islam
di Indonesia tidak bisa lepas dari perkembangan sastra Melayu. Sedangkan
perkembangan sastra Melayu Islam sejak awal kemunculannya hingga akhir zaman
klasiknya dapat dibagi menjadi empat periodisasi: (1) Zaman Awal, pada abad
ke-14 – 15 M; (2) Zaman Peralihan, dari akhir abad ke-15 hingga pertengahan
abad ke-16 M; (3) Zaman Klasik, dari akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-18 M;
(4) Zaman Akhir, dari pertengahan abad ke-18 hingga awal abad ke-20 M.
Sastra Islam
Nusantara Zaman Awal
Zaman Awal
ditandai dengan munculnya terjemahan dan saduran karya-karya Arab dan Persia ke dalam
bahasa Melayu. Babakan ini bersamaan dengan munculnya dua kerajaan Islam awal
yaitu Samudra Pasai (1270-1516 M) dan Malaka (1400-1511 M).
Karya-karya saduran dan terjemahan itu pada umumnya ditulis untuk kepentingan
pengajaran dan penyebaran agama. Terutama epos Arab Persia seperti Hikayat
Iskandar Zulkarnain, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Muhammad
Ali Hanafiya; kisah-kisah para nabi (Qisas al-Anbiya‘), termasuk Nabi Muhammad s.a.w., dan cerita
berbingkai seperti Hikayat Bayan Budiman dan Hikayat Seribu Satu Malam. Pada
masa ini, puisi beberapa penyair seperti Ma‘arri, Umar Khayyam, ‘Attar,
Sa‘di, dan Rumi juga telah muncul terjemahannya dalam bahasa Melayu.
Sastra Islam
Nusantara Zaman Peralihan
Zaman Peralihan
berlangsung bersamaan dengan masa akhir kejayaan Malaka dan munculnya
kesultanan Aceh
Darussalam (1516-1700 M). Zaman ini ditandai dengan usaha Melayunisasi
hikayat-hikayat Arab dan Persia, pengislaman kisah-kisah warisan zaman Hindu, dan penulisan
epos lokal serta historiografi. Syair-syair tasawuf, agiografi
sufi, dan alegori-alegori mistik mulai ditulis pada zaman ini. Di antara
alegori mistik terkenal ialah Hikayat Burung Pingai, yang
merupakan versi Melayu dari Mantiq al-Tayr (Musyawarah Burung) karangan
penyair sufi Persia Farid al-Din al-‘Attar (w. 1220 M).
Sastra Islam
Nusantara Zaman Akhir
Zaman Klasik
sastra Melayu berlangsung dari akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-18 M.
Periode ini ditandai dengan kesadaran pengarang Melayu untuk membubuhkan nama
diri dalam karangan yang ditulisnya. Syair-syair tasawuf dan karya bercorak
sufistik lain kian banyak dilahirkan dalam periode ini, begitu juga epos, karya
sejarah, dan roman yang lebih orisinal. Keorisinalan karya penulis Melayu pada periode ini tampak
terutama dalam syair-syair tasawuf Hamzah Fansuri yang indah dan
begitu mendalam isinya.
Dalam menulis
karya-karya mereka, penulis-penulis Melayu pada umumnya bertolak dari dua
wawasan estetika yang popular di dunia Islam. Pertama, wawasan estetika yang
diasaskan para filosof dan teoritikus peripatetik (mashsha‘iya) seperti al-Farabi, Ibn Sina, dan
Abdul Qahir al-Jurjani, yang memandang sastra sebagai karya imaginatif
(mutakhayyil). Keimaginatifan sebuah karya bisa tercapai jika pengarang
menggunakan bahasa figuratif (majaz) seintensif dan semaksimal mungkin. Wawasan
estetik ini merupakan sintesa pandangan Plato dan Aristoteles. Kedua,
wawasan estetika yang diasaskan
para sufi seperti Imam
al-Ghazali, Ibn ‘Arabi, ‘Attar, Rumi, dan Jami. Bagi mereka
karya sastra adalah representasi simbolik dari gagasan dan pengalaman
keruhanian.
Sastra Islam
Nusantara Zaman Klasik
Zaman Akhir
membentang dari awal abad ke-18 hingga akhir abad ke-19 M. Pada periode ini
karya-karya keislaman ditulis di berbagai pusat kebudayaan Islam baru seperti Palembang, Banjarmasin, Pattani, Johor, Riau, Kelantan, dan
tempat-tempat lain di kepulauan Melayu. Sekalipun sejak akhir abad ke-18
kerajaan-kerajaan Islam ini sudah jatuh ke tangan penguasa kolonial seperti
Belanda dan Inggris, namun kegiatan
penulisan sastra Islam masih terus berlanjut hingga awal abad ke-20 M. Tidak
banyak pembaruan dilakukan pada zaman ini. Namun zaman ini melahirkan
penulis-penulis kitab keagamaan dan historiografi terkemuka seperti Abdul Samad
al-Falimbangi, Arsyad al-Banjari, Kimas
Fakhrudin, Sultan Badruddin, Nawawi al- Bantani, Raja Ali Haji, dan
lain-lain.
Sastra Melayu
dan Hikayat
Menurut Abdul
Hadi WM, dalam sastra Melayu semua karya berbentuk prosa pada umumnya disebut
hikayat, dari kata-kata Arab yang arti literalnya ialah kisah atau cerita.
Berdasarkan pokok pembahasan dan corak penyajiannya, keseluruhan hikayat Melayu
lazim dibagi ke dalam sepuluh jenis:
1. Hikayat
Para Nabi, biasa disebut Surat Anbiya‘. Mengisahkan kehidupan para nabi
sebelum Nabi Muhammad, termasuk Nabi Adam, Idris, Nuh,
Ibrahim, Musa, Ayub, Yusuf, Daud, Sulaiman, Isa Almasih, dan lain
sebagainya. Yang paling populer ialah Hikayat Nabi Musa, Hikayat Nabi Sulaiman,
Hikayat Yusuf dan Zuleikha, dan Isa Almasih.
2. Kisah-kisah
yang berhubungan dengan kehidupan Nabi Muhammad. Termasuk Hikayat Kejadian
Nur Muhammad, Hikayat Nabi Mikraj, Hikayat Seribu Satu Masalah, Hikayat Nabi
dan Iblis, Hikayat Nabi dan Orang Miskin, Hikayat Nabi Mengajar Ali, dan lain
sebagainya.
3. Kisah
Sahabat dan Kerabat Nabi. Menceritakan kehidupan dan perjuangan
sahabat-sahabat Nabi Muhammad seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Hikayat Raja Handak, Hikayat Salman al-Farisi, Hikayat Hasan dan Husein, dan lain
sebagainya.
4. Hikayat
Para Wali Sufi. Misalnya Hikayat Rabi‘ah al-Adawiyah, Hikayat
Ibrahim Adham, Hikayat Bayazid Bhistami, Hikayat Syekh Abdul Qadir al-Jilani,
Hikayat Syekh Saman, Hikayat Syamsi Tabriz, dan lain-lain.
5. Hikayat
Pahlawan atau epos. Misalnya yang paling populer dan dijumpai dalam
berbagai versi ialah Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Amir Hamzah, dan
Hikayat Muhammad Ali Hanafiya.
6. Hikayat
Para Bangsawan. Misalnya Hikayat Johar Manik, Hikayat Syamsul Anwar,
Hikayat Kamaruz Zaman, Hikayat Sultan Bustaman, Hikayat Siti Hasanah, Hikayat
Siti Zubaidah Berperang dengan Pendekar Cina, Hikayat Syekh Mardan dan lain
sebagainya. Hikayat jenis ini paling banyak dijumpai dalam sastra Melayu. Yang
diceritakan biasanya adalah petualangan, percintaan, dan perjuangan tokoh
membela negeri atau martabat keluarga. Jadi termasuk ke dalam jenis roman.
7. Perumpamaan
atau Alegori Sufi. Pada umumnya alegori sufi digubah berdasarkan roman yang
popular, tetapi disajikan secara simbolik sebagai kisah perjalanan kerohanian.
Yang terkenal di antaranya ialah Hikayat Syekh Mardan, Hikayat Inderaputra,
Hikayat Burung Pingai, dan lain-lain.
8. Cerita
Berbingkai. Sebagian besar kisah berbingkai dalam sastra Melayu merupakan
saduran dari cerita berbingkai Arab dan Persia. Yang terkenal selain Kisah
Seribu Satu Malam adalah Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Maharaja Ali, Hikayat
Bachtiar, Hikayat Khalilah dan Dimnah, dan lain-lain. Di antara cerita terbingkai
ini termasuk fabel, yaitu Hikayat Bayan Budiman dan Hikayat Khalilah dan
Dimnah. Sebelum hadirnya versi Arab Persia, telah hadir versi India dalam
sastra Jawa dengan judul Tantri Kamandaka, yang merupakan saduran dari Panchatantra. Fabel asli Melayu
yang terkenal ialah Kisah Pelanduk Jenaka.
9. Kisah
Jenaka. Yang terkenal Hikayat Abu Nuwas dan Hikayat Nasrudin Affandi. Kisah
Jenaka asli Melayu yang terkenal di antaranya ialah Hikayat Pak Belalang.
10.Karya
bercorak sejarah atau
historiografi. Karya semacam ini sering pula disebut salasilah.
Khazanahnya tergolong banyak dalam sastra Melayu. Yang terkenal ialah Hikayat
Raja-raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Aceh, dan lain-lain.
2.5 Peradaban seputar sastra islam
AA Navis merupakan salah seorang sastrawan yang
menolak sastra Islam, dan menyebutnya sebagai hal yang utopis untuk saat ini. Diikuti oleh pendapat
Edy A. Effendi[11] membuat
kesimpulan agar sastra Islam ditolak karena tidak ada estetika yang diusungnya.
Demikian pula halnya dengan pendapat Chavchay Syaifullah[12], juga Aguk Irawan MN dalam tulisannya: Merumuskan Kembali
Konsep Sastra Islami[13].
Kebalikan dari
itu, Abdul Hadi WM[14] menyebut bahwa
pandangan dan anggapan yang meragukan nisbah Islam dengan sastra dan kesangsian
bahwa sastra Islam dengan tema, corak pengucapan, wawasan estetik serta pandangan dunia tersendiri, pada
umumnya timbul untuk menafikan sumbangan Islam terhadap kebudayaan dan
peradaban umat manusia. Sebagian anggapan berkembang karena semata kurangnya
perhatian dari umat Islam dewasa ini terhadap sastra dan tiadanya apresiasi.
Ditambahkannya, sastra Islam itu ada, bahkan eksis. Sastra Hindu saja ada, maka
tidak masuk akal kalau sastra Islam dinafikan.
Sejarah mencatat, sastra sangat berkembang pesat di era keemasan
Islam. Di masa kekhalifahan Islam berjaya, sastra mendapat perhatian yang amat
besar dari para penguasa Muslim.
Tak heran, bila di zaman itu muncul sastrawan Islam yang terkemuka
dan berpengaruh. Di era kekuasaan Dinasti Umayyah (661 M - 750 M), gaya hidup
orang Arab yang berpindah-pindah mulai berubah menjadi budaya hidup menetap dan
bergaya kota.
Pada era itu, masyarakat Muslim sudah gemar membacakan puisi dengan
diiringi musik. Pada zaman itu, puisi masih sederhana. Puisi Arab yang kompleks
dan panjang disederhanakan menjadi lebih pendek dan dapat disesuaikan dengan
musik. Sehingga puisi dan musik pada masa itu seperti dua sisi mata uang yang
tak dapat dipisahkan.
Sastra makin berkilau dan tumbuh menjadi primadona di era kekuasaan Daulah Abbasiyah—yang berkuasa di Baghdad pada abad ke-8 M. Masa keemasan kebudayaan Islam serta perniagaan terjadi pada saat Khalifah Harun Ar-Rasyid dan putranya, Al-Makmun.
Sastra makin berkilau dan tumbuh menjadi primadona di era kekuasaan Daulah Abbasiyah—yang berkuasa di Baghdad pada abad ke-8 M. Masa keemasan kebudayaan Islam serta perniagaan terjadi pada saat Khalifah Harun Ar-Rasyid dan putranya, Al-Makmun.
Pada era itu, prosa Arab mulai menempati tempat yang terhormat dan
berdampingan dengan puisi. Puisi sekuler dan puisi keagamaan juga tumbuh
beriringan.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan Sastra (Sansekerta, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa
Sansekerta śāstra, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau
“pedoman”, dari kata dasar śās- yang berarti “instruksi” atau “ajaran”. Dalam
bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan”
atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Tetapi
kata “sastra” bisa pula merujuk kepada semua jenis tulisan, apakah ini indah
atau tidak.
Goenawan
Mohammad disebutkan, sastra Islam adalah sastra yang
mempromosikan sistem kepercayaan atau ajaran Islam; memuji dan mengangkat
tokoh-tokoh Islam; mengkritik realitas yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Islam; mengkritik pemahaman Islam yang dianggap tidak sesuai dengan semangat
asli Islam awal, atau paling tidak, sastra yang tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam (Goenawan Mohammad: 2010).
3.2 Saran saya
sebagai penulis sangat mengharapkan
sastra selalu ada di indonesia, tidak punah karna era globalisasi. Dan selalu
di kembangkan oleh anak-anak bangsa indonesia. Seperti: puisi, prosa, pantun
dan drama. Karna semua memiliki unsur-unsur keagamaan. Oleh karena itu, apa
yang disampaikan oleh hasil karya sastra tersebut akan memili makna tersendiri
buat si pendengar.
Daftar pustaka
5. http://www.jurnallingua.com/edisi-2006/5-vol-1-no-1/34-popularitas-sastra-islami-di-indonesia.html
Catatan kaki
1.
Said Hawwa: Al
Islam, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta-2004
2.
Dr Ala al
Mozayyen pada Seminar Sastra Islam Internasional, 15 Maret 2011, Institut
Negeri Jakarta,
3.
Jakob
Soemardjo: Sastra dan Pemberadaban di Indonesia (artikel Bentara Budaya)
4.
Majalah
Horison, 7/1984
6.
Heri Ruslan:
Sastra dalam Peradaban Islam. Artikel Islam Digest, 9 Oktober 2011
7.
Sukron Kamil:
Corak Baru Genre Sastra Islam Indonesia Mutakhir, Republika, 4 Mei 2010.
8.
Prof Abdul Hadi
WM, Artikel: Sastra Islam Melayu Indonesia, 2008
9.
Abdul Hadi WM.
Makalah: Islam, Puitika Al Quran dan Sastra, 2003
10. Yanuardi Syukur, Catatan Pertemuan Organisasi, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar