Kamis, 31 Oktober 2013

MATERI LINGUISTIK



Ø Definisi Linguistik
1.    W.N. FRANCIS (1985: 13) mendefinisikan bahwa linguistik adalah sebagai sebuah sistem perubahan dari artikulasi (pengucapan) bunyi yang digunakan oleh sekelompok manusia sebagai sebuah harta kekayaan di dalam urusan kehidupan bermasyarakat mereka.

2.    FINOCCHIORO (1974: 3) bahwa linguistik adalah sebuah sistem perubahan (berubah-ubah), suara yang membolehkan untuk semau manusia menggunakannya dalam memberikan sebuah kebudayaannya, atau orang lain yang telah belajar sistem dari kebudayaan tersebut, untuk berkomunikasi dan berinteraksi.

3.    PEI dan GAYNOR (1954: 119) membagi bahwa linguistik adalah sistem komunikasi dengan bunyi, i, e, sebagai alat dalam berpidato (berbicara) dan mendengar. Diantara manusia tentunya komunitas menggunakan simbol bunyi yang memiliki perubahan makna menurut kebudayaan (adat) masing-masing.

4.    WARDHAUGH (1972:  3) mendefinisikan bahwa linguistik adalah sebuah sistem dari simbol bunyi (vocal) yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.

5.    GRREENE (1972: 25), linguistik adalah aturan dari semua kalimat yang possible (tepat); dan tata bahasa (grammar) dari sebuah bahasa adalah aturan-aturan yang membedakan antara kalimat dan bukan kalimat.

6.    CHOMSKY (1957: 13) mendefinisikan bahwa linguistik adalah sebagai aturan (finite or infinite-terbatas atau tidak terbatas) dari kalimat sebagian yang terbatas berada di dalam kalimat yang panjang dan gagasan yang keluar dari aturan kalimat terbatas dari elemen-elemennya.
Kesimpulan:
Setelah membaca definisi-definisi diatas, saya dapat menarik kesimpulan bahwa linguistik adalah ilmu yang mempelajari struktur bahasa, kaidah bahasa, simbol bunyi bahasa dan segala yang berkaitan dengan bahasa pada umumnya yang digunakan oleh masyarakat sebagai sarana untuk bertukar informasi antara suku yang satu dengan suku yang lain atau negara yang satu dengan negara yang lain.


Ø Definisi Bahasa
1.      KERAFSM ARAPRADHIPA 2005 :
Memberikan dua pengertian :
- Bahasa : Sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
- Bahasa : Sistem komunikasi yang mempergunakan symbol-simbol vokal.

2.      TORIGAN (1989 : 4)
Beliau memberikan dua definisi bahasa :
- Bahasa adalah : Suatu sistem yang sistematis barangkali untuk sistem generatif.
- Bahasa adalah : Seperangkat lambang-lambang atau symbol-simbol orbiter.

3.      SANTOSO (1990 : 1)
Bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.

4.      WIBOWO (2009 : 3)
Bahasa adalah suatu sistem symbol bunyi yang bermakna yang berarti kualisi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbiter dan konfisional yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok orang untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

5.      WIBOWO, WALIJA (1990 : 4) mengungkapkan :
Definisi bahasa adalah : komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud dan pendapat kepada orang lain.

6.      PENGABEAN (1981 : 5) berpendapat :
Bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melepaskan apa yang terjadi pada sistem saraf.

7.      SOEJONO (1983 : 01)
Bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang penting dalam hidup bersama.

8.      BILL ADAMS
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif

9.      WITTGENSTEIN
Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis

10.  FERDINAND DE SAUSSURE
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain

11.  PLATO
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut

12. BLOCH & TRAGER
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.

13. CARROL
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia

14. SUDARYONO
Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.

15. SAUSSURE
Bahasa adalah objek dari semiologi

16. Mc. CARTHY
Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir

17. WILLIAM A. HAVILAND
Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu
                     
Kesimpulan:
Setelah membaca definisi dari para ahli, saya dapat menyimpulkan bahwa bahasa adalah suatu alat yang digunakan masyarakat untuk bertukar informasi baik itu secara lisan, gerakan maupun tulisan yang mampu membuat masyarakat saaling mengerti satu sama lain dalam menyampaikan pikiran, wawasan dan perasaan mereka. Jadi, dalam menggunakan bahasa, kita sebaiknya memiliki nilai-nilai kesopanan dan etika yang bisa membantu mencerminkan sosok kebudayaan dari negara tersebut.


Ø Hakikat Bahasa
Tarigan (1990:2-3) mengemukakan adanya delapan  prinsip dasar hakikat bahasa, yaitu
(1) bahasa adalah suatu sistem,
(2) bahasa adalah vokal,
(3) bahasa tersusun daripada lambang-lambang arbitrari,
(4) setiap bahasa bersifat unik,
(5) bahasa dibangun daripada kebiasaan-kebiasaan,
(6) bahasa ialah alat komunikasi,
(7) bahasa berhubungan erat dengan tempatnya berada, dan
(8) bahasa itu berubah-ubah.

Pendapat ini tidak berbeda dengan yang dikatakan Brown juga dalam Tarigan (1990:2-3) yang apabila dilihat banyak sekali persamaan gagasan mengenai bahasa itu walaupun dengan kata-kata yang sedikit berbeda. Berikut ini merupakan hakikat bahasa menurut pendapat Brown yang juga dikutip dari Tarigan (1990:4), yaitu:
(1) bahasa adalah suatu sistem yang sistematik, barang kali juga untuk sistem generatif,
(2) bahasa adalah seperangkat lambanglambang arbitrari,
(3) lambang-lambang tersebut, terutama sekali bersifat vokal tetapi mungkin juga bersifat visual,
(4) lambang-lambang itu mengandung makna konvensional,
(5) bahasa dipergunakan sebagai alat komunikasi,
(6) bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat bahasa atau budaya,
(7) bahasa pada hakikatnya bersifat kemanusiaan, walaupun mungkin tidak terbatas pada manusia sahaja,
(8) bahasa diperoleh semua orang/bangsa dengan cara yang hampir/banyak persamaan
(9) bahasa dan belajar bahasamempunyai ciri kesejagatan.

Lain halnya dengan defenisi bahasa dari Kridalaksana bahwa: “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”, dan yang sejalan dengan definisi mengenai bahasa dari beberapa pakar lain, kalau dibutiri akan didapatkan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yang bisa juga disebut dengan hakikat bahasa, yaitu:
1. Bahasa adalah sebuah sistem
2. Bahasa berwujud lambang
3. Bahasa berupa bunyi
4. Bahasa bersifat arbiter
5. Bahasa itu bermakna
6. Bahasa bersifat konvensional
7. Bahasa bersifat unik
8. Bahasa bersifat universal
9. Bahasa itu bervariasi
10. Bahasa bersifat produktif
11. Bahasa bersifat dinamis
12. Bahasa berfungsi sebagai alat interaksi sosial
13. Bahasa merupakan identitas penuturnya
1. Bahasa sebagai sistem
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistemis, artinya, bahasas itu tersusun menurut suatu pola: tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-sub sistem; atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis dan subsistem semantik. Tiap unsur dalam setiap subsistem juga tersusun menurut aturan atau pola tertentu, yang secara keseluruhan membentuk satu sistem. Jika tidak tersusun menurut aturan atau pola tertentu, maka subsistem itu pun tidak dapat berfungsi.
Sub sistem bahasa terutama subsistem fonologi, morfologi, dan sintaksis tersusun secara hierarkial. Artinya, subsistem yang satu terletak di bawah subsistem yang lain; lalu subsistem yang lain ini terletak pula di bawah subsistem lainnya lagi. Ketiga subsistem itu (fonologi, morfologi, dan sintaksis) terkait dengan subsistem semantic. Sedangkan subsistem leksikon yang juga diliputi subsistem semantic, berada di luar ketiga subsistem struktural itu.

2 Bahasa sebagai lambang
Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiologi (yang di Amerika ditokohi oleh Charles Sanders Peirce dan di Eropa oleh Fendinand de Saussure) dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu, antara lain tanda (sign), lambing (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks dan ikon.
Tanda selain dipakai sebagai istilah generic dari semua yang termasuk kajian semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian semiotika itu, adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya, kalau di kejauhan tampak ada asap membumbung tinggi, maka kita tahu bahwa di sana pasti ada api, sebab asap merupakan tanda akan adanya api itu.
Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambing menandai sesuatu yang lain secarakonvensional, tidak secara alamiah dan langsung. Karena itu lambang sering disebut bersifat arbiter, sebaliknya, tanda serperti yang sudah dibicarakan di atas, tidak bersifat arbiter. Yang dimaksud arbiter adalah tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambing dengan yang dilambangkannya.
Oleh karena itulah, Earns Cassier, seorang sarjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari symbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata, adalah symbol atau lambang
Tanda-tanda itu adalah sinyal gerak isyarat (gesture), gejala, kode, indeks, dan ikon. Yang dimaksud dengan sinyal atau isyarat adalah tanda yang disengaja yang dibuat oleh pemberi sinyal agar si penerima sinyal melakukan sesuatu.

3. Bahasa adalah bunyi
Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.
Bunyi bahasa atau bunyi uajaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem”.
4. Bahasa itu bermakna
Oleh karena lambang-lambang itu mengacu pada sesuatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lebih umum dikatakan lambang bunyi tersebut tidak punya referen, tidak punya rujukan.
Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal; yang berkenaan dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna gramatikal; dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatic, atau makna konteks.
5. Bahasa itu arbiter
Kata arbiter diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbiter itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
Ferdinand de Saussure (1966:67) dalam dikotominya membedakan apa yang disebut significant (Inggris: signifier) dan signifie (Inggris: signified). Signifiant adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh signifiant.
6. Bahasa itu konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbiter, tetapi penerimaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu yang bersifat konfensional. Artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konfensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Jadi kalau kearbiteran bahasa pada hubungan antara lambanag-lamabang bunyi dengan konsep yang dilambangkannya, maka kekonfensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkannya.
7. Bahasa itu produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif “ banyak hasilnya” atau lebih tepat “terus menerus menghasilkan” lalu, kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsure-unsur itu terbatas, tapi dengan unsur-unsur dengan jumlahny ayng terbatas terdapat di luar satuan-satuan bahasa yang jumlahnya yang tidak terbatas, meski secara relative sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa.
Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jmumlah yang dapat dibuat. Dengan kosa kata yang menurut Kamus Besar Huruf Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih kurang 60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin puluhan juta banyaknya, termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-bentuk yang dihasilkan. Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena kaidah atau sistem yang berlaku.
8. Bahasa itu unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik., maka artinya, setiap bahasa mempunyai cirri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi , sistem pembetukkan kata, sistem pembentukkan kalimat, atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikkan bahasa Indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis. Maksudnya, kalau pada kata tertentu di dalam kalimat kita berikan tekanan, maka makna itu tetap. Yang berubah adalah makna keseluruhan kalimat.
9. Bahasa itu universal                 
          Selain bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau cirri masing-masing, bahasa itu bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di Dunia ini. Ciri-ciri yang universal ini merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang biasa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain.
Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan. Tetapi berapa banyak vocal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan. Bukti dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah satuan yang maknany kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Namun, bagaimana satuan-satuan itu terbentuk mungkin tidak sama. Kalau pembentukan itu bersifat khas, hanya dimiliki sebuah bahasa maka hal itu merupakan keunikan dari bahasa. Kalau ciri itu dimiliki oleh sejumlah bahasa dalam satu hukum atau satu golongan bahasa, maka ciri tersebut menjadi ciri universal dan keunikan rumpun atau sub rumpun bahasa tersebut.
          Ada juga yang mengatakan bahwa ciri umum yang dimiliki oleh bahasa-bahasa yang berada dalam satu rumpun atau sub rumpun, atau juga dimiliki oleh sebagian besar bahasa-bahasa yang ada di Dunia ini sebagai ciri setengah universal. Kalau dimiliki oleh semua bahasa yang ada di Dunia ini beru bisa disebut universal.
10. Bahasa itu dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak perbah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Malah dalam bermimpi pun manusia menggunakan bahasa.
Karena keterkaitan dan keterikatan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya dalam manusia nya kegiatan manusia tidak tetap dan tidak berubah, maka bahasa itu juda menjadoi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah, bahas itu disebut dinamis.
Perubahahan yang paling jelas, dan paling banyak adalah pada bidang leksikon dan semantik. Barang kali, hamper setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Hal ini juga dipahami, karen kata sebagai satuan bahasa terkecil, adalah sarana atau wadah untuk menampung suatu konsep yang ada dalam masyarakat bahasa. Dengan terjadinya perkembangan kebuidayaan, perkembang ilmu dan tekhnologi, tentu bermunculan konsep-konsep baru, yang tentunya disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru.
Perubahan dalam bahasa ini dapat juga bukan terjadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagaio laasan sosial dan politik menyebabkan orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasanya, lalu menggunakan bahasa lain. Di Indonesia, kabarnya telah banyak bahasa daerah yang telah ditinggalkan para penuturnya terutaam dengan alasan sosial. Jika ini terjadi terus menurus, maka pada suatu saat kelak banyak bahasa yang hanya ada beradadalam dokumentasi belaka, karena tidak ada lagi penuturnya.
11.  Bahasa itu bervariasi
Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa. Yang termasuk dalam masyarakat bahsa adalah mereka merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia.
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari ber bagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar.

Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing. Kalau kita banyak membaca karangan orang yang banyak menulis, misalnya, Hamka, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamingway, atau Mark twain , maka kita akan dapat mengenali ciri khas atau idiolek pengarang-pengarang itu.
Dialek adalah variasi bahasa yang di gunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut dengan nama dialek regional , dialek area, atau dialek geografi. Sedangkan variasi bahasa yang digunakan sekelompok anggota masyarakat dengan status sosial tertentu disebut dialek sosial atau sosiolek.

Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari sarana yang digunakan dapat dibedakan adanya ragam lisan dan ragam tulisan. Untuk keperluan pemakaiannya dapat dibedakan adanya ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa jujrnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa militer, dan ragam bahasa hukum.
12. Bahasa itu manusiawi
Kalau kita menyimak kembali cirri-ciri bahasa, yang sudah dibicarakan dimuka, bahwa bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai bahasa. Bahwa binatang dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan juga dengan manusia, adalah memang suatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya tidaiklah sama dengan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa.
Dari penelitian para pakar terhadap alat komunikasi binatang bisa disimpulkan bahwa satu-satuan komunikasi yang dimiliki binatang-binatang itu bersifat tetap.sebetulnya yang membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu bahasa, produktif dan dinamis, dalam arti dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, berbeda dengan alat komunikasi binatang, yang hanya itu-itu saja dan statis , tidak dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, bukanlah terletak pada bahasa itu dan alat komunikasi binatang itu, melainkan pada perbedaan besar hakikat manusia dan hakikat binatang. Manusia sering disebut-sebut sebagai homosapiens makhluk yang berpikir, homososio makhluk yang bermasyarakat, homofabel makhluk pencipta alat-alat dan juga animalrasionale makhluk rasional yang beerakal budi. Maka dengan segala macam kelebihannya itu jelas manusia dapat memikirkan apa saja yang lalu, yang kini, dan yang masih akan datang, serta menyampaikannya kepada orang lain melalui alat komunikasinya, yaitu bahasa. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa, adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.













A.     Berdasarkan Waktu linguistic

Ø  Linguistik historis : membicarakan perkembangan bahasa atau bahasa-bahasa sejak mula adanya sampai sekarang, jadi hal yang berhubungan dengan sejarah bahasa itu.
Ø  Lingustik Sinkronis :  jenis linguistik yang mempelajari satu bahasa pada satu waktu/satu periode. Contoh bahasa indonesia pada saat reformasi/orde baru/orde lama.
Ø  Lingustik diakronis : jenis linguistik yang mempelajari satu bahasa dari/pada masa ke masa. Contoh bahasa jepang sebelum kerajaan hirohito dan bahasa jepang setelah kerajaan hirohito.
Ø  Lingustik deskriptif : linguistik yang menggambarkan bahasa apa adanya pada saat penelitian dilangsungkan. Dan mempunyai ciri khusus ; menggambarkan apa adanya , menjelaskan apa adanya.
Ø  Linguistik komparatif : Jenis linguistik yang membandingkan 2 bahasa atau lebih pada waktu yang berbeda.
Ø  Lingustik kontrasif : Jenis linguistik yang membatasi diri pada pembatasan 2 bahasa / lebih tapi pada masa tertentu pada satu periode.
Ø  Leksikostatistik : mempelajari umur bahasa berdasarkan statistik suatu bangsa/wilayah.



B.     Berdasarkan Objek Kajiannya

Ø  Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur  internal bahasa pada umumnya.

Ø  Fonologi menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya dan fungsinya dalam  system kebahasaan secara keseluruhan.

Ø  Morfologi menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya serta cara pembentukannya. Sintaksis menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain diatas kata, hubungan satu dengan yang lainnya, serta cara penyusunannya sehingga menjadi satuan ujaran.

            Morfologi dan sintaksis dalam peristilahan tata bahasa tradisional biasanya berada dalam satu  bidang yaitu gramatika atau tata bahasa.Semantik menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal, maupun kontekstual.Leksikologi menyelidiki liksikon atau kosakata suatu bahasa dari berbagai aspek.

Studi linguistic mikro ini sesungguhnya merupakan studi dasar linguistic sebab yang dipelajari adalah struktur internal bahasa itu. Sedangkan linguistic makro yang menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor diluar bahasa, lebih banyak membahas factor luar bahasanya dari pada struktur internal bahasa. Karena  banyaknya masalah yang terdapat diluar bahasa, maka subdisiplin linguistic makro pun menjadi sangat banyak.

Ø  Sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya di masyarakat.Sosiolingustik ini merupakan ilmu interdisipliner antara sosiologi dan linguistik.

Ø  Psikolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan bahasa dengan perilaku dan kalbu dimanusia, termasuk bagaimana kemampuan berbahasa itu dapat diperoleh. Psikolinguistik ini merupakan ilmu interdisipliner antara psikologi dan linguistik.

Ø  Antropolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan bahasa dengan budaya dan pranata budaya manusia. Antropolinguistik merupakan ilmu interdisipliner antara antropologi dan linguistik.

Ø  Stilistika adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra.Jadi, stilistika adalah ilmu interdisipliner antara linguistic dan ilmu susastra.

Ø  Filologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis. Filologi merupakan ilmu interdisipliner antara linguistik, sejarah, dan kebudayaan.

Ø  Filsafat bahasa adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari kodrat hakiki dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia, serta dasar-dasar konseptual dan teoretislinguistik.

Ø  Dialektologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari batas-batas dialek dan bahasa dalam suatu wilayah tertentu. Dialektologi ini merupakan ilmu interdisipliner antara linguistic dan geografi.



C.     Berdasarkan Tujuannya

Ø  Linguistik teoretis: mengadakan penyelidikan terhadap bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya. Kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka.

Ø  Bidang sejarah linguistic ini berusaha menyelidiki perkembangan seluk beluk ilmu linguistic itu sendiri dari masa kemasa, serta mempelajari pengaruh ilmu-ilmu lain, dan pengaruh perbagai pranata masyarakat (kepercayaan, adat istiadat, pendidikan, dsb) terhadap linguistic sepanjang masa.
Dari uraian di atas kita lihat betapa luasnya bidang, cabang, atau subdisiplin linguistic itu. Ini terjadi karena objek linguistic itu, yaitu bahasa, memang mempunyai jangkauan hubungan yang sangat luas di dalam kehidupan manusia.










A.    Pengetrian struktur bahasa
Struktur bahasa adalah tata bahasa, kaidah bahasa, norma, aturan atau ketentuan bahasa.

B.     Tingkatan struktur bahasa ada 5 yaitu :
1.      Fonetik
2.      Fonemik
3.      Morfologi
4.      Sintaksis
5.      Semantik

C.     Penjelasan

1.FONETIK
Ø  Fonetik (phonetics) ialah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan fungsi bunyi itu sebagai pembwda makna dal;am suatu bahasa (langue). Fonetik menyelidiki bunyi bahasa dari sudut tuturan atau ujaran (parole), fonetik juga termasuk ilmu interdesipliner.
Ø  Fonetik juga diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu interdesipliner linguistik dengan fisika, amnatomi, dan psikologi; fonetik juga diartikan sistem bunyi bahasa (Kridalaksana, 1984: 54) 
Ø  Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu ,

Dibedakan ada tiga jenis fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.
Ø  Fonetik artikulatoris, ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat berbicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa (Glenson. 1955:239-256; Malmberg, 1963:21-28). Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan dan dibuat, serta bagaimana bunyi bahasa diklasifikasikan berdasarkan artikulasinya. Fonetk jenis ini banyak berkaitan dengan linguistik sehingga oleh para linguis khususnya para ahli fonetik cenderung dimasukkan ke dalam linguistik. Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dan menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
Ø   Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peritiwa fisis atau fenomena alam (Malberg, 1963:5-20). Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya. Ilmu yang mempelajari hakikat bunyi dan mengklasifikasikan bunyi berdasarkan hakikat bunyi tersebut. Fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan fisika dalam laboratorium fonetis, berguna untuk pemvbuatan telepon, perekam piringan hitam, dan sejenisnya.
Ø   Sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara. Fonetik audiotoris lebih berkenaan dengan kedokteran, yaitu neurologi, meskipun tidak tertutup kemungkinan linguistik juga bekerja dalam kedua bidang fonetik itu.
Ø  KESIMPULAN                                                                                                                            Dari  beberapa pendapat para ahli saya menyimpulkan bahwa  Fonetik (phonetics) ialah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan fungsi bunyi itu sebagai pembwda makna dal;am suatu bahasa (langue). Fonetik menyelidiki bunyi bahasa dari sudut tuturan atau ujaran (parole), fonetik juga termasuk ilmu interdesipliner.                                                                                                                      [1] mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisis bunyi bahasa baik bahasa yang dikuasai maupun bahasa asing, [2] dapat mendeskripsikan perubahan dan variasi bahasa, [3] menguasai kemampuan fonologi suatu bahasa (language aqcuisition), [4] membantu proses pembelajaran bahasa yang efektif dan mengucapkan bunyi bahasa.

FONOLOGI
Ilmu yang mempelajari seluk-beluk bunyi bahasa serta merumuskannya secara teratur dan sistematis tersebut dinamakan fonologi (phone: bunyi; logos: ilmu). Istilah fonologi di Indonesia menunjuk pada pengertian studi bunyi bahasa secara umum sebab fonologi masih dibagi kedalam dua bidang telaah, yaitu fonemik dan fonetik.
Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan-runtutan bunyi bahasa disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yang artinya bunyi dan logi artinya ilmu. Menurut hirarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya.
Fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik, secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Fonemik menitikberatkan perhatiaannya kepada ciri fungsional, yakni berfungsi membedakan arti.

Defenisi fonologi menurut para ahli :
Ø  Menurut Fromkin & Rodman, 1998:96, Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.
Ø  Trubetzkoy (1962:11-12), Fonologi merupakan studi bahasa yang berkenaan dengan sistem bahasa, organisasi bahasa, serta merupakan studi fungsi linguistis bahasa.
Ø  Menurut Daniel Jones, Sarjana fonologi Inggris, Fonologi ialah sistem bunyi  sebuah bahasa.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas saya menyimpulkan bahwa fonologi adalah bidang linguistic yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan system bunyi bahasa, organisasi bahasa secara beruntut.



2. FONEMIK
Ø  Objek kajian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Kalau dalam fonetik, misalnya, kita meneliti bunyi /a/ yang berbeda pada kata-kata misalnya, lancar, tawa, dan lain, maka dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika tidak membedakan makna adalah bukan fonem.
Ø  Kedua, fonemik  yaitu  kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Ø  Identifikasi Fonem
                  Indentifikasi fonem adalah proses mengetahui suatu bunyi fonem atau bukan. Sebelumnya harus dicari satuan bahasa, biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandikan satu bunyi bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi itu adalah fonem.
                  Fonem ada yang memiliki beban fungsional yang tinggi dan yang rendah. Disebut tinggi karena karena banyak ditemui pasangan minimal yang mengandung fonem tersebut.
Alofon
                  Dua buah bunyi dari sebuah fonem yang sama yang merupakan realisasi dari sebuah fonem disebut dengan alofon.
Kalau dikatakan alofon adalah realisasi dari fonem. Maka bisa dikatakan fonem bersifat abstrak karena fonem hanyalah abstraksi dari alofon-alofon itu. Dengan begitu, alofonlah bagian yang nyata dan kongkret dalam bahasa.
Klasifikasi Fonem
                  Kriteria dan prosedur klarifikasi fonem sama saja dengan klarifikasi bunyi. Hanya saja bedanya kalau bunyi-bunyi vokal dan konsonan itu banyak sekali, maka fonem vokal dan vonem konsonan ini agak terbatas, sebab hanya bunyi-bunyi yang dapat membedakan akna saja yang dapat menjadi fonem.
                  Fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus uaran disebut fonem segmental. Sebaliknya fonem yang beruapa unsur suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental.
Khazanah Fonem
                  Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Banyaknya jumlah fonem dalam suatu bahasa tidaklah sama dengan bahasa lain. Hal ini bisa dibuktikan dengan penelitian beberapa pakar yang menyatakan banyaknya fonem di Hawai yang berjulah 13 buah tidaklah sama dengan jumlah fonem di arab yang hanya memiliki 3 buah.
Perubahan Fonem
                  Perubahan fonem terjadi dikarenakan ucapan sebuah fonem dapat berbeda-bed sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya.
Asimilasi dan Disimilasi
                  Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunya ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Kalau ada perubahan fonem yang menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem, maka perubahan itu disebut asimilasi fonemis.
Netralisasi dan Arfikonem
                  Netralisasi adalah bunyi yang dinetrakan menjadi bunyi yang tak bersuara. Sebagai contoh kata hard dan hart dalam bahasa Inggris. Sedangkan arfikonem adalah perubahan bentuk fonem. Contohnya, jawaban. Realisasinya bisa menjadi b atau p.
Umlaut, Ablaut dan Harmoni Vokal
                  Umlaut berasal dari bahasa Jerman. Kata ini memiliki pengertian perubahan ikal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang tinggi.
                  Ablaut adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa Indo Jerman untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal.
Perubahan bunyi biasa disebut dengan harmoni vokal, banyak ditemui dalam bahasa Turki.
Kontraksi
                  Kontraksi adalah proses menyingkat atau memperpendek ujaran. Dalam kontraksi, pemendekan itu menjadi satu segmen dengan pelafalannua sendiri-sendiri.
Metatesis dan Epentesis
Proses metatesis bukan mengubah bentuk fonem menjadi fonem yang lain, melainkan mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata. Sedangkan epentesis adalah proses homogrannya sebuah fonem dengan lingkungannya, yang kemudian disisipka ke dalam sebuah kata.
Fonem dan Grafem
                  Fonem adalah satuan bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan maka kata. Untuk menetapkan sebuah bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan harus dicari pasangan minimalnya, berupa dua buah kata yang yang mirip, yang mimiliki satu bunyi berbeda.
Ø  KESIMPULAN
Saya menyimpulkan bahwa  Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran    dalam fungsinya sebagai pembeda arti.


3. MORFOLOGI
Ø          Manakala  Abdullah Hassan  juga menyatakan definisi  morfologi dalam buku Linguistik Am,2007 : 117 , morfologi ialah bidang linguistik yang mengkaji bagaimana perkataan dibina.Kajian ini dilakukan terhadap unsur-unsur yang membentuk perkataan, proses-proses membentuk perkataan dan bentuk – bentuk perkataan ialah morfem dan kata.
Ø        Nik Safiah Karim dan rakan – rakannya dalam buku Tatabahasa Dewan Edisi Baharu , 2004 :43 berpendapat morfologi ialah bidang ilmu bahasa yang mengkaji struktur , bentuk dan penggolongan kata.Dengan struktur kata dimaksudkan susunan bentuk bunyi ujaran atau lambang yang turut menjadi unit bahasa yang bermakna.
Ø        Menurut Raminah Hj.Sabran dan Rahim Syam dalam buku Kajian Bahasa Untuk Pelatih Maktab Perguruan ,1985 :152, bidang morfologi merupakan bidang dalam kajian bahasa yang mengkaji tentang perkataan dan cara –cara pembentukkannya.O`Grady & Guzman juga menyatakan pendapat pada tahun  2000 :121 dalam buku yang disediakan oleh Radiah Yusoff dan rakan – rakannya,2004:36 iaitu morfologi adalah merujuk kepada kajian tentang
Ø  -       Morfem adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi. Contoh: jika kata ‘diterima’ dibandingkan dengan kata ‘terima’, maka /di-/ mempunyai makna. Bentuk /di-/ ternyata tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian bermakna yang lebih kecil.
Ø  -       Kata adalah kumpulan huruf yang memiliki makna. Kata digolongkan menjadi dua jenis, yaitu partikel dan kata penuh. Partikel yang kita kenal misalnya yang, dari, ke, di, dan pada. Sedangkan kata penuh dibedakan menjadi kata benda, contohnya kursi dan meja,  kata sifat contohnya bagus dan cantik, kata keterangan, kata depan, kata sambung, kata bilangan, dan sebagainya.
Ø  -       Morf adalah bentuk terkecil yang mempunyai makna, yang tidak atau belum dibicarakan dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem.
Ø  Contoh:
Ø  membuat                   buat
Ø  membesar                 besar
Ø  membeku                  beku
Ø  kesimpulannya bahwa wujud morf /mәm/ terdapat dalam jalinan hubungan dengan /mә, mәm, mәň, mәη/. Bersama-sama, kelima morf itu membentuk satu kesatuan, yakni morfem {me}.
Ø  -       Proses morfologis merupakan perangkaian morfem. Salah satu contoh proses morfologis ialah pengimbuhan atau afiksasi (penambahan afiks). Penambahan afiks dapat dilakukan di awal (prefiks), di tengah ( infiks), di akhir (sufiks), atau di awal dan di akhir morfem dasar (konfiks).
Ø  Contoh:
Ø  Prefiks                        berduka
Ø                                      melawan
Ø  Infiks                          gemuruh
Ø                                      Gelosok
Ø  Sufiks                         tuliskan
Ø                                      tulisan
Ø  Konfiks                      persatuan
Ø                                      Kesatuan
KESIMPULAN
Ø  Morfologi ialah bidang ilmu bahasa yang mengkaji struktur, bentuk dan penggolong kata. Struktur kata bermaksud susunan bunyi ujaran atau lambang  yang menjadi unit tatabahasa yang bermakna. Bentuk kata pula ialah rupa unit tatabahasa sama ada bentuk tunggal atau hasil daripada proses pengimbuhan, pemajmukan dan penggandaan. Penggolongan kata pula ialah proses menjeniskan perkataan berdasarkan keserupaan bentuk dan latar fungsi dengan anggota lain dalam golongan yang sama.










4. SINTAKSIS
Ø  A. Pengertian Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “sun” yang berarti “dengan” dan kata “tattein” yang berarti “menempatkan”.

Ø Definisi atau batasan sintaksis menurut para ahli
- Hari Murt Kridalaksana (1993)

Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari gramatika yaitu morfologi dan cabang linguistic yang mempelajari tentang kata.

- Ramlah (2001:18)

Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase.

- Gleason (1955)

“Syntax maybe roughly defined as the principles of arrangement of the construction (word) into large constructions of various kinds.”

Artinya: sintaksis mungkin dikaitkan dari definisi prinsip aransement konstruksi (kata) kedalam konstruksi besar dari bermacam-macam variasi.
Kajian sintaksis meliputi :
1. Frasa
a. Frasa adalah satuan gramatikal yang tidak melebihi batas fungsi
b. Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
.      Jenis Frase
            1)        Frase Eksostentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhan­nya. Misalnya, frase di pasar, yang terdiri dari komponen di dan komponen pasar. Frase eksosentirk biasanya dibedakan atas frase eksosentrik yang direktif dan frase eksosentrik yang nondirektif.
              2)        Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksias yang sama dengan keseluruhannya. Misalnya, sedang komponen keduanya yaitu membaca dapat menggan­tikan kedudukan frase tersebut.
              3)        Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh kunjungsi koordinatif.
               4)        Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua k komponenanya saling merujuk sesamanya, dan oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.

          2.      Klausa

                 a.       Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada kom­ponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Badudu (1976 : 10) mengatakan bahwa klausa adalah “sebuah kalimat yang merupakan bagian daripada kalimat yang lebih besar.”
Sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu diberikan intonasi final atau intonasi kalimat. Jadi, konstruksi nenek mandi baru dapat disebut kalimat kalau kepadanya diberi intonasi final kalau belum maka masih berstatus klausa.Tempat klausa adalah di dalam kalimat.
             b.       Jenis Klausa[12]
Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas dalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subyek dan predikat, dan karena itu mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor. Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap.
Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektival, klausa adverbial dan klausa preposisional. Dengan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya klausa transitif, klausa intransitif, klausa refleksif dan klausa resprokal.)
Klausa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektiva, baik berupa kata maupun frase.
Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial. Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase berkategori.
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numerila. Klausa  klausa yang subjeknya terikat didalam predikatnya, meskipun di tempat lain ada nomina atau frase nomina yang juga berlaku sebagai subjek.
3.Kalimat
a. Kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
b. Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir.
b. Jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai, kriteria atau sudut pandang.
Kalimat inti dan Kalimat Non Inti
Kalimat inti atau disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmarif. Di dalam praktek berbahasa, lebih banyak digunakan kalimat non inti daripada kalimat inti.
1)   Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalau klausanya hanya satu, maka kalimat tersebut disebut kalimat tunggal. Kalau klausa di dalam kalimat terdapat lebih dari satu, maka kalimat itu disebut kalimat majemuk. Berdasarkan sifat hubungan klausa di dalam kalimat, dibedakan adanya kalimat majemuk koordinatif (konjungsi koordinatif seperti dan, atau, tetapi, lalu) kalimat majemuk subordinatif (kalau, ketika, meskipun, karena) dan kalimat majemuk kompleks ( terdiri dari tiga klausa atau lebih, baik dihubungkan secara koordinatif maupun subrodinatif atau disebut kalimat majemuk campuran./
2)   Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Kalau klausa lengkap sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Kalau klausanya tidak lengkap, entah terdiri subjek saja, predikat saja, ataukah keterangan saja, maka kalimat tersebut disebut kalimat minor.
3)   Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verba. Sedangkan kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan frase atau frase verbal, bisa nomina, ajektiva, adverbial, atau juga numeralia.
4)   Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau menjadi pembuka paragraf atau wawancara tanpa bantuan konteks.
c.       Intonasi Kalimat
Dalam bahasa Indonesia intonasi tidak berlaku pada tataran fonologi dan morfologi, melainkan hanya berlaku pada tataran sintaksis. Intonasi merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah klausa. Ciri-ciri intonasi berupa tekanan tempo dan nada.
Ø  KESIMPULAN                                                                                                                            Dari beberapa pendapat para ahli diatas saya menyimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat dalam bahasa alami. Selain aturan ini, kata sintaksis juga digunakan untuk merujuk langsung pada peraturan dan prinsip yang mencakup struktur kalimat dalam bahasa apapun




5.      SEMANTIK
Pengertian atau Definisi Semantik Menurut Para Ahli
Ø  J.W.M Verhaar; 1981:9
Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.
Ø  Lehrer; 1974: 1
Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
Ø  Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195)
Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
.
Ø  KESIMPULAN
Dari beberapa pendapat para ahli diatas saya menyimpulkan bahwa Semantik adalah salah satu cabang ilmu bahasa. semantik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang makna suatu kata atau kalimat.








DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Marsono. 1989. Fonetik. yogyakarta: Universitas Gagjah Mada
    Achmad, H.P. 2007. FONOLOGI-SERI FONETIK. Jakarta: UNJ Press.
      Alek, dan Achmad, H.P. 2009. Linguistik Umum. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
     Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
      Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan (Fonologi, Morfologi, dan Semantik). Bandung: UPI
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
http://Hakikat Bahasa « Bahasa, Sastra, & Aksara.html








2 komentar:

  1. Maaf. Cara menulis yang akademis begini: Menurut XXXXXX (2009:73), linguistik adalah ilmu tentang bla bla bla. Sementara itu, menurut YYYYY (2006:154), linguistik adalah ilmu tentang blo blo blo. Hampir sama dengan definisi-definisi di atas, ZZZZZ mendefinisikan linguistik sebagai blu blu blu. Berdasarkan pendapat XXXXXX, YYYYY, dan ZZZZZ di atas, bisa disimpulkan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bla blo blu. (anda juga perlu menghilangkan kata 'bahwa' dalam kutipan-kutipan anda di atas).

    BalasHapus
  2. Maaf. Cara menulis yang akademis begini: Menurut XXXXXX (2009:73), linguistik adalah ilmu tentang bla bla bla. Sementara itu, menurut YYYYY (2006:154), linguistik adalah ilmu tentang blo blo blo. Hampir sama dengan definisi-definisi di atas, ZZZZZ mendefinisikan linguistik sebagai blu blu blu. Berdasarkan pendapat XXXXXX, YYYYY, dan ZZZZZ di atas, bisa disimpulkan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bla blo blu. (anda juga perlu menghilangkan kata 'bahwa' dalam kutipan-kutipan anda di atas).

    BalasHapus