Ø Definisi
Linguistik
1.
W.N.
FRANCIS (1985: 13) mendefinisikan
bahwa linguistik adalah sebagai sebuah sistem perubahan dari artikulasi
(pengucapan) bunyi yang digunakan oleh sekelompok manusia sebagai sebuah harta
kekayaan di dalam urusan kehidupan bermasyarakat mereka.
2.
FINOCCHIORO
(1974: 3) bahwa linguistik
adalah sebuah sistem perubahan (berubah-ubah), suara yang membolehkan untuk
semau manusia menggunakannya dalam memberikan sebuah kebudayaannya, atau orang
lain yang telah belajar sistem dari kebudayaan tersebut, untuk berkomunikasi
dan berinteraksi.
3.
PEI
dan GAYNOR (1954: 119) membagi bahwa linguistik adalah sistem komunikasi
dengan bunyi, i, e, sebagai alat dalam berpidato (berbicara) dan mendengar.
Diantara manusia tentunya komunitas menggunakan simbol bunyi yang memiliki
perubahan makna menurut kebudayaan (adat) masing-masing.
4.
WARDHAUGH
(1972: 3)
mendefinisikan bahwa linguistik adalah sebuah sistem dari simbol bunyi (vocal)
yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.
5.
GRREENE
(1972: 25), linguistik
adalah aturan dari semua kalimat yang possible (tepat); dan tata bahasa (grammar)
dari sebuah bahasa adalah aturan-aturan yang membedakan antara kalimat dan
bukan kalimat.
6.
CHOMSKY
(1957: 13)
mendefinisikan bahwa linguistik adalah sebagai aturan (finite or
infinite-terbatas atau tidak terbatas) dari kalimat sebagian yang terbatas
berada di dalam kalimat yang panjang dan gagasan yang keluar dari aturan
kalimat terbatas dari elemen-elemennya.
Kesimpulan:
Setelah
membaca definisi-definisi diatas, saya dapat menarik kesimpulan bahwa
linguistik adalah ilmu yang mempelajari struktur bahasa, kaidah bahasa, simbol
bunyi bahasa dan segala yang berkaitan dengan bahasa pada umumnya yang
digunakan oleh masyarakat sebagai sarana untuk bertukar informasi antara suku
yang satu dengan suku yang lain atau negara yang satu dengan negara yang lain.
Ø Definisi
Bahasa
1.
KERAFSM ARAPRADHIPA 2005 :
Memberikan dua pengertian :
- Bahasa : Sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
- Bahasa : Sistem komunikasi yang mempergunakan symbol-simbol vokal.
Memberikan dua pengertian :
- Bahasa : Sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
- Bahasa : Sistem komunikasi yang mempergunakan symbol-simbol vokal.
2.
TORIGAN (1989 : 4)
Beliau memberikan dua definisi bahasa :
- Bahasa adalah : Suatu sistem yang sistematis barangkali untuk sistem generatif.
- Bahasa adalah : Seperangkat lambang-lambang atau symbol-simbol orbiter.
Beliau memberikan dua definisi bahasa :
- Bahasa adalah : Suatu sistem yang sistematis barangkali untuk sistem generatif.
- Bahasa adalah : Seperangkat lambang-lambang atau symbol-simbol orbiter.
3.
SANTOSO (1990 : 1)
Bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.
Bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.
4. WIBOWO (2009 : 3)
Bahasa adalah suatu sistem symbol bunyi yang bermakna yang berarti kualisi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbiter dan konfisional yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok orang untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Bahasa adalah suatu sistem symbol bunyi yang bermakna yang berarti kualisi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbiter dan konfisional yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok orang untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
5. WIBOWO, WALIJA (1990 : 4) mengungkapkan :
Definisi bahasa adalah : komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud dan pendapat kepada orang lain.
Definisi bahasa adalah : komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud dan pendapat kepada orang lain.
6. PENGABEAN (1981 : 5) berpendapat :
Bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melepaskan apa yang terjadi pada sistem saraf.
Bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melepaskan apa yang terjadi pada sistem saraf.
7. SOEJONO (1983 : 01)
Bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang penting dalam hidup bersama.
Bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang penting dalam hidup bersama.
8.
BILL ADAMS
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif
9.
WITTGENSTEIN
Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis
Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis
10. FERDINAND DE SAUSSURE
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain
11. PLATO
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut
12. BLOCH
& TRAGER
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.
13.
CARROL
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia
14. SUDARYONO
Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
15.
SAUSSURE
Bahasa adalah objek dari semiologi
Bahasa adalah objek dari semiologi
16.
Mc. CARTHY
Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir
Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir
17.
WILLIAM A. HAVILAND
Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu
Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu
Kesimpulan:
Setelah membaca definisi dari para ahli, saya dapat
menyimpulkan bahwa bahasa adalah suatu alat yang digunakan masyarakat untuk
bertukar informasi baik itu secara lisan, gerakan maupun tulisan yang mampu
membuat masyarakat saaling mengerti satu sama lain dalam menyampaikan pikiran,
wawasan dan perasaan mereka. Jadi, dalam menggunakan bahasa, kita sebaiknya
memiliki nilai-nilai kesopanan dan etika yang bisa membantu mencerminkan sosok
kebudayaan dari negara tersebut.
Ø Hakikat
Bahasa
Tarigan
(1990:2-3) mengemukakan adanya delapan prinsip dasar hakikat bahasa,
yaitu
(1)
bahasa adalah suatu sistem,
(2)
bahasa adalah vokal,
(3)
bahasa tersusun daripada lambang-lambang arbitrari,
(4)
setiap bahasa bersifat unik,
(5)
bahasa dibangun daripada kebiasaan-kebiasaan,
(6)
bahasa ialah alat komunikasi,
(7)
bahasa berhubungan erat dengan tempatnya berada, dan
(8)
bahasa itu berubah-ubah.
Pendapat ini tidak berbeda dengan yang dikatakan Brown juga
dalam Tarigan (1990:2-3) yang apabila dilihat banyak sekali persamaan gagasan
mengenai bahasa itu walaupun dengan kata-kata yang sedikit berbeda. Berikut ini
merupakan hakikat bahasa menurut pendapat Brown yang juga dikutip dari Tarigan
(1990:4), yaitu:
(1) bahasa adalah suatu sistem yang sistematik, barang kali
juga untuk sistem generatif,
(2)
bahasa adalah seperangkat lambanglambang arbitrari,
(3) lambang-lambang tersebut, terutama sekali bersifat vokal
tetapi mungkin juga bersifat visual,
(4)
lambang-lambang itu mengandung makna konvensional,
(5)
bahasa dipergunakan sebagai alat komunikasi,
(6)
bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat bahasa atau budaya,
(7) bahasa pada hakikatnya bersifat kemanusiaan, walaupun
mungkin tidak terbatas pada manusia sahaja,
(8)
bahasa diperoleh semua orang/bangsa dengan cara yang hampir/banyak persamaan
(9)
bahasa dan belajar bahasamempunyai ciri kesejagatan.
Lain
halnya dengan defenisi bahasa dari Kridalaksana bahwa: “Bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”, dan yang sejalan
dengan definisi mengenai bahasa dari beberapa pakar lain, kalau dibutiri akan
didapatkan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yang bisa juga
disebut dengan hakikat bahasa, yaitu:
1. Bahasa adalah sebuah sistem
2. Bahasa berwujud lambang
3. Bahasa berupa bunyi
4. Bahasa bersifat arbiter
5. Bahasa itu bermakna
6. Bahasa bersifat konvensional
7. Bahasa bersifat unik
8. Bahasa bersifat universal
9. Bahasa itu bervariasi
10. Bahasa bersifat produktif
11. Bahasa bersifat dinamis
12. Bahasa berfungsi sebagai alat interaksi sosial
13. Bahasa merupakan identitas penuturnya
2. Bahasa berwujud lambang
3. Bahasa berupa bunyi
4. Bahasa bersifat arbiter
5. Bahasa itu bermakna
6. Bahasa bersifat konvensional
7. Bahasa bersifat unik
8. Bahasa bersifat universal
9. Bahasa itu bervariasi
10. Bahasa bersifat produktif
11. Bahasa bersifat dinamis
12. Bahasa berfungsi sebagai alat interaksi sosial
13. Bahasa merupakan identitas penuturnya
1. Bahasa sebagai sistem
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat
sistematis dan sistemis. Dengan sistemis, artinya, bahasas itu tersusun menurut
suatu pola: tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis,
artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari
sub-sub sistem; atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan, antara lain,
subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis dan subsistem
semantik. Tiap unsur dalam setiap subsistem juga tersusun menurut aturan atau
pola tertentu, yang secara keseluruhan membentuk satu sistem. Jika tidak
tersusun menurut aturan atau pola tertentu, maka subsistem itu pun tidak dapat
berfungsi.
Sub sistem bahasa terutama subsistem fonologi, morfologi,
dan sintaksis tersusun secara hierarkial. Artinya, subsistem yang satu terletak
di bawah subsistem yang lain; lalu subsistem yang lain ini terletak pula di
bawah subsistem lainnya lagi. Ketiga subsistem itu (fonologi, morfologi, dan
sintaksis) terkait dengan subsistem semantic. Sedangkan subsistem leksikon yang
juga diliputi subsistem semantic, berada di luar ketiga subsistem struktural
itu.
2 Bahasa sebagai lambang
Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam
kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut ilmu semiotika atau semiologi,
yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia,
termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiologi (yang di Amerika ditokohi oleh
Charles Sanders Peirce dan di Eropa oleh Fendinand de Saussure) dibedakan
adanya beberapa jenis tanda, yaitu, antara lain tanda (sign), lambing (simbol),
sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks dan
ikon.
Tanda selain dipakai sebagai istilah generic dari semua yang
termasuk kajian semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian
semiotika itu, adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide,
pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya,
kalau di kejauhan tampak ada asap membumbung tinggi, maka kita tahu bahwa di
sana pasti ada api, sebab asap merupakan tanda akan adanya api itu.
Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat
langsung dan alamiah. Lambing menandai sesuatu yang lain secarakonvensional,
tidak secara alamiah dan langsung. Karena itu lambang sering disebut bersifat
arbiter, sebaliknya, tanda serperti yang sudah dibicarakan di atas, tidak
bersifat arbiter. Yang dimaksud arbiter adalah tidak adanya hubungan langsung
yang bersifat wajib antara lambing dengan yang dilambangkannya.
Oleh karena itulah, Earns Cassier, seorang sarjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari symbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata, adalah symbol atau lambang
Oleh karena itulah, Earns Cassier, seorang sarjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari symbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata, adalah symbol atau lambang
Tanda-tanda itu adalah sinyal gerak isyarat (gesture),
gejala, kode, indeks, dan ikon. Yang dimaksud dengan sinyal atau isyarat adalah
tanda yang disengaja yang dibuat oleh pemberi sinyal agar si penerima sinyal
melakukan sesuatu.
3. Bahasa adalah bunyi
Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara,
sudah biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menurut
Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari
getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan
udara.
Bunyi bahasa atau bunyi uajaran (speech sound) adalah satuan
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati
sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem”.
4. Bahasa itu bermakna
Oleh karena lambang-lambang itu mengacu pada sesuatu konsep,
ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lebih
umum dikatakan lambang bunyi tersebut tidak punya referen, tidak punya rujukan.
Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna
leksikal; yang berkenaan dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna
gramatikal; dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatic, atau
makna konteks.
5. Bahasa itu arbiter
Kata arbiter diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak
tetap, mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbiter itu adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep
atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
Ferdinand de Saussure (1966:67) dalam dikotominya membedakan
apa yang disebut significant (Inggris: signifier) dan signifie (Inggris:
signified). Signifiant adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie adalah
konsep yang dikandung oleh signifiant.
6. Bahasa itu konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang
dilambangkannya bersifat arbiter, tetapi penerimaan lambang tersebut untuk
suatu konsep tertentu yang bersifat konfensional. Artinya semua anggota
masyarakat bahasa itu mematuhi konfensi bahwa lambang tertentu itu digunakan
untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Jadi kalau kearbiteran bahasa pada
hubungan antara lambanag-lamabang bunyi dengan konsep yang dilambangkannya,
maka kekonfensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk
menggunakan lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkannya.
7. Bahasa itu produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda
produksi. Arti produktif “ banyak hasilnya” atau lebih tepat “terus menerus
menghasilkan” lalu, kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya,
meskipun unsure-unsur itu terbatas, tapi dengan unsur-unsur dengan jumlahny
ayng terbatas terdapat di luar satuan-satuan bahasa yang jumlahnya yang tidak
terbatas, meski secara relative sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa.
Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jmumlah yang dapat dibuat. Dengan kosa kata yang menurut Kamus Besar Huruf Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih kurang 60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin puluhan juta banyaknya, termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-bentuk yang dihasilkan. Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena kaidah atau sistem yang berlaku.
Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jmumlah yang dapat dibuat. Dengan kosa kata yang menurut Kamus Besar Huruf Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih kurang 60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin puluhan juta banyaknya, termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-bentuk yang dihasilkan. Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena kaidah atau sistem yang berlaku.
8. Bahasa itu unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak
dimiliki oleh yang lain. Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik., maka
artinya, setiap bahasa mempunyai cirri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh
bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi , sistem pembetukkan
kata, sistem pembentukkan kalimat, atau sistem-sistem lainnya. Salah satu
keunikkan bahasa Indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis,
melainkan sintaksis. Maksudnya, kalau pada kata tertentu di dalam kalimat kita
berikan tekanan, maka makna itu tetap. Yang berubah adalah makna keseluruhan
kalimat.
9.
Bahasa itu universal
Selain bersifat unik, yakni mempunyai
sifat atau cirri masing-masing, bahasa itu bersifat universal. Artinya, ada
ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di Dunia ini.
Ciri-ciri yang universal ini merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang
biasa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain.
Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan. Tetapi berapa banyak vocal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan. Bukti dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah satuan yang maknany kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Namun, bagaimana satuan-satuan itu terbentuk mungkin tidak sama. Kalau pembentukan itu bersifat khas, hanya dimiliki sebuah bahasa maka hal itu merupakan keunikan dari bahasa. Kalau ciri itu dimiliki oleh sejumlah bahasa dalam satu hukum atau satu golongan bahasa, maka ciri tersebut menjadi ciri universal dan keunikan rumpun atau sub rumpun bahasa tersebut.
Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan. Tetapi berapa banyak vocal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan. Bukti dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah satuan yang maknany kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Namun, bagaimana satuan-satuan itu terbentuk mungkin tidak sama. Kalau pembentukan itu bersifat khas, hanya dimiliki sebuah bahasa maka hal itu merupakan keunikan dari bahasa. Kalau ciri itu dimiliki oleh sejumlah bahasa dalam satu hukum atau satu golongan bahasa, maka ciri tersebut menjadi ciri universal dan keunikan rumpun atau sub rumpun bahasa tersebut.
Ada juga yang mengatakan bahwa ciri
umum yang dimiliki oleh bahasa-bahasa yang berada dalam satu rumpun atau sub
rumpun, atau juga dimiliki oleh sebagian besar bahasa-bahasa yang ada di Dunia
ini sebagai ciri setengah universal. Kalau dimiliki oleh semua bahasa yang ada
di Dunia ini beru bisa disebut universal.
10. Bahasa itu dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak perbah
lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu,
sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat tak ada kegiatan manusia yang
tidak disertai oleh bahasa. Malah dalam bermimpi pun manusia menggunakan
bahasa.
Karena keterkaitan dan keterikatan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya dalam manusia nya kegiatan manusia tidak tetap dan tidak berubah, maka bahasa itu juda menjadoi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah, bahas itu disebut dinamis.
Karena keterkaitan dan keterikatan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya dalam manusia nya kegiatan manusia tidak tetap dan tidak berubah, maka bahasa itu juda menjadoi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah, bahas itu disebut dinamis.
Perubahahan
yang paling jelas, dan paling banyak adalah pada bidang leksikon dan semantik.
Barang kali, hamper setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat
perubahan dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Hal
ini juga dipahami, karen kata sebagai satuan bahasa terkecil, adalah sarana
atau wadah untuk menampung suatu konsep yang ada dalam masyarakat bahasa.
Dengan terjadinya perkembangan kebuidayaan, perkembang ilmu dan tekhnologi,
tentu bermunculan konsep-konsep baru, yang tentunya disertai wadah
penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru.
Perubahan dalam bahasa ini dapat juga bukan terjadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagaio laasan sosial dan politik menyebabkan orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasanya, lalu menggunakan bahasa lain. Di Indonesia, kabarnya telah banyak bahasa daerah yang telah ditinggalkan para penuturnya terutaam dengan alasan sosial. Jika ini terjadi terus menurus, maka pada suatu saat kelak banyak bahasa yang hanya ada beradadalam dokumentasi belaka, karena tidak ada lagi penuturnya.
Perubahan dalam bahasa ini dapat juga bukan terjadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagaio laasan sosial dan politik menyebabkan orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasanya, lalu menggunakan bahasa lain. Di Indonesia, kabarnya telah banyak bahasa daerah yang telah ditinggalkan para penuturnya terutaam dengan alasan sosial. Jika ini terjadi terus menurus, maka pada suatu saat kelak banyak bahasa yang hanya ada beradadalam dokumentasi belaka, karena tidak ada lagi penuturnya.
11.
Bahasa itu bervariasi
Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk
dalam suatu masyarakat bahasa. Yang termasuk dalam masyarakat bahsa adalah
mereka merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat
bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa
Indonesia.
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari ber bagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar.
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari ber bagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar.
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing. Kalau kita banyak membaca karangan orang yang banyak menulis, misalnya, Hamka, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamingway, atau Mark twain , maka kita akan dapat mengenali ciri khas atau idiolek pengarang-pengarang itu.
Dialek adalah variasi bahasa yang di gunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut dengan nama dialek regional , dialek area, atau dialek geografi. Sedangkan variasi bahasa yang digunakan sekelompok anggota masyarakat dengan status sosial tertentu disebut dialek sosial atau sosiolek.
Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari sarana yang digunakan dapat dibedakan adanya ragam lisan dan ragam tulisan. Untuk keperluan pemakaiannya dapat dibedakan adanya ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa jujrnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa militer, dan ragam bahasa hukum.
12. Bahasa itu manusiawi
Kalau kita menyimak kembali cirri-ciri bahasa, yang sudah
dibicarakan dimuka, bahwa bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif,
maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai bahasa. Bahwa binatang
dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan juga dengan manusia, adalah
memang suatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya tidaiklah sama dengan alat
komunikasi manusia, yaitu bahasa.
Dari penelitian para pakar terhadap alat komunikasi binatang
bisa disimpulkan bahwa satu-satuan komunikasi yang dimiliki binatang-binatang
itu bersifat tetap.sebetulnya yang membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu
bahasa, produktif dan dinamis, dalam arti dapat dipakai untuk menyatakan
sesuatu yang baru, berbeda dengan alat komunikasi binatang, yang hanya itu-itu
saja dan statis , tidak dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru,
bukanlah terletak pada bahasa itu dan alat komunikasi binatang itu, melainkan
pada perbedaan besar hakikat manusia dan hakikat binatang. Manusia sering
disebut-sebut sebagai homosapiens makhluk yang berpikir, homososio makhluk yang
bermasyarakat, homofabel makhluk pencipta alat-alat dan juga animalrasionale
makhluk rasional yang beerakal budi. Maka dengan segala macam kelebihannya itu
jelas manusia dapat memikirkan apa saja yang lalu, yang kini, dan yang masih
akan datang, serta menyampaikannya kepada orang lain melalui alat
komunikasinya, yaitu bahasa. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa alat
komunikasi manusia yang namanya bahasa, adalah bersifat manusiawi, dalam arti
hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.
A. Berdasarkan
Waktu linguistic
Ø Linguistik historis
: membicarakan perkembangan bahasa
atau bahasa-bahasa sejak mula adanya sampai sekarang, jadi hal yang berhubungan
dengan sejarah bahasa itu.
Ø Lingustik
Sinkronis : jenis linguistik yang mempelajari satu bahasa pada satu
waktu/satu periode. Contoh bahasa indonesia pada saat reformasi/orde
baru/orde lama.
Ø
Lingustik
diakronis : jenis linguistik yang mempelajari satu
bahasa dari/pada masa ke masa. Contoh bahasa jepang sebelum kerajaan hirohito
dan bahasa jepang setelah kerajaan hirohito.
Ø
Lingustik deskriptif : linguistik yang
menggambarkan bahasa apa adanya pada saat penelitian dilangsungkan. Dan
mempunyai ciri khusus ; menggambarkan apa adanya , menjelaskan apa adanya.
Ø
Linguistik komparatif : Jenis linguistik yang membandingkan 2 bahasa atau lebih
pada waktu yang berbeda.
Ø Lingustik
kontrasif : Jenis linguistik yang membatasi diri pada pembatasan 2 bahasa /
lebih tapi pada masa tertentu pada satu periode.
Ø Leksikostatistik
: mempelajari umur bahasa berdasarkan statistik suatu bangsa/wilayah.
B. Berdasarkan
Objek Kajiannya
Ø Linguistik
mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur
internal bahasa pada umumnya.
Ø Fonologi
menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya dan fungsinya dalam system kebahasaan secara keseluruhan.
Ø Morfologi
menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya serta cara pembentukannya.
Sintaksis menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain diatas kata,
hubungan satu dengan yang lainnya, serta cara penyusunannya sehingga menjadi satuan
ujaran.
Morfologi
dan sintaksis dalam peristilahan tata bahasa tradisional biasanya berada dalam satu
bidang yaitu gramatika atau tata bahasa.Semantik
menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal, maupun kontekstual.Leksikologi
menyelidiki liksikon atau kosakata suatu bahasa dari berbagai aspek.
Studi linguistic mikro ini sesungguhnya
merupakan studi dasar linguistic sebab yang dipelajari adalah struktur internal
bahasa itu. Sedangkan linguistic makro yang menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan
faktor-faktor diluar bahasa, lebih banyak membahas factor luar bahasanya dari pada
struktur internal bahasa. Karena banyaknya
masalah yang terdapat diluar bahasa, maka subdisiplin linguistic makro pun menjadi
sangat banyak.
Ø Sosiolinguistik
adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya
di masyarakat.Sosiolingustik ini merupakan ilmu interdisipliner antara sosiologi
dan linguistik.
Ø Psikolinguistik
adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan bahasa dengan perilaku
dan kalbu dimanusia, termasuk bagaimana kemampuan berbahasa itu dapat diperoleh.
Psikolinguistik ini merupakan ilmu interdisipliner antara psikologi dan linguistik.
Ø Antropolinguistik
adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan bahasa dengan budaya dan
pranata budaya manusia. Antropolinguistik merupakan ilmu interdisipliner antara
antropologi dan linguistik.
Ø Stilistika
adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk
karya sastra.Jadi, stilistika adalah ilmu interdisipliner antara linguistic dan
ilmu susastra.
Ø Filologi
adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan
sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis. Filologi merupakan
ilmu interdisipliner antara linguistik, sejarah, dan kebudayaan.
Ø Filsafat
bahasa adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari kodrat hakiki dan kedudukan
bahasa sebagai kegiatan manusia, serta dasar-dasar konseptual dan teoretislinguistik.
Ø Dialektologi
adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari batas-batas dialek dan bahasa dalam
suatu wilayah tertentu. Dialektologi ini merupakan ilmu interdisipliner antara
linguistic dan geografi.
C. Berdasarkan
Tujuannya
Ø Linguistik
teoretis: mengadakan penyelidikan terhadap bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa
dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam
objek kajiannya. Kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka.
Ø Bidang
sejarah linguistic ini berusaha menyelidiki perkembangan seluk beluk ilmu
linguistic itu sendiri dari masa kemasa, serta mempelajari pengaruh ilmu-ilmu lain,
dan pengaruh perbagai pranata masyarakat (kepercayaan, adat istiadat,
pendidikan, dsb) terhadap linguistic sepanjang masa.
Dari uraian di atas kita lihat betapa
luasnya bidang, cabang, atau subdisiplin linguistic itu. Ini terjadi karena objek
linguistic itu, yaitu bahasa, memang mempunyai jangkauan hubungan yang sangat luas
di dalam kehidupan manusia.
A.
Pengetrian
struktur bahasa
Struktur bahasa adalah tata bahasa, kaidah bahasa,
norma, aturan atau ketentuan bahasa.
B.
Tingkatan
struktur bahasa ada 5 yaitu :
1.
Fonetik
2.
Fonemik
3.
Morfologi
4.
Sintaksis
5.
Semantik
C.
Penjelasan
1.FONETIK
Ø Fonetik (phonetics) ialah ilmu yang mempelajari bunyi
bahasa tanpa memperhatikan fungsi bunyi itu sebagai pembwda makna dal;am suatu
bahasa (langue). Fonetik menyelidiki bunyi bahasa dari sudut tuturan atau
ujaran (parole), fonetik juga termasuk ilmu interdesipliner.
Ø Fonetik juga diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki
penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu interdesipliner
linguistik dengan fisika, amnatomi, dan psikologi; fonetik juga diartikan
sistem bunyi bahasa (Kridalaksana, 1984: 54)
Ø Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi
bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai
pembeda makna atau tidak. Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa
itu ,
Dibedakan ada
tiga jenis fonetik, yaitu fonetik
artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.
Ø
Fonetik
artikulatoris, ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat
berbicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa (Glenson.
1955:239-256; Malmberg, 1963:21-28). Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan dan
dibuat, serta bagaimana bunyi bahasa diklasifikasikan berdasarkan
artikulasinya. Fonetk jenis ini banyak berkaitan dengan linguistik sehingga
oleh para linguis khususnya para ahli fonetik cenderung dimasukkan ke dalam
linguistik. Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik
fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja
dan menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu
diklasifikasikan.
Ø Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai
peritiwa fisis atau fenomena alam (Malberg, 1963:5-20). Bunyi-bunyi itu
diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya.
Ilmu yang mempelajari hakikat bunyi dan mengklasifikasikan bunyi berdasarkan
hakikat bunyi tersebut. Fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan fisika dalam
laboratorium fonetis, berguna untuk pemvbuatan telepon, perekam piringan hitam,
dan sejenisnya.
Ø
Sedangkan
fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa
sebagai getaran udara. Fonetik audiotoris lebih berkenaan dengan kedokteran,
yaitu neurologi, meskipun tidak tertutup kemungkinan linguistik juga bekerja
dalam kedua bidang fonetik itu.
Ø KESIMPULAN Dari beberapa pendapat para ahli saya menyimpulkan
bahwa Fonetik (phonetics) ialah ilmu
yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan fungsi bunyi itu sebagai
pembwda makna dal;am suatu bahasa (langue). Fonetik menyelidiki bunyi bahasa
dari sudut tuturan atau ujaran (parole), fonetik juga termasuk ilmu
interdesipliner. [1] mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisis bunyi bahasa baik bahasa yang
dikuasai maupun bahasa asing, [2] dapat mendeskripsikan perubahan dan variasi
bahasa, [3] menguasai kemampuan fonologi suatu bahasa (language
aqcuisition), [4] membantu proses pembelajaran bahasa yang efektif dan
mengucapkan bunyi bahasa.
FONOLOGI
Ilmu yang
mempelajari seluk-beluk bunyi bahasa serta merumuskannya secara teratur dan
sistematis tersebut dinamakan fonologi (phone: bunyi; logos: ilmu). Istilah
fonologi di Indonesia menunjuk pada pengertian studi bunyi bahasa secara umum
sebab fonologi masih dibagi kedalam dua bidang telaah, yaitu fonemik dan
fonetik.
Bidang
linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan-runtutan
bunyi bahasa disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon
yang artinya bunyi dan logi artinya ilmu. Menurut hirarki satuan bunyi yang
menjadi objek studinya.
Fonologi
dibedakan menjadi fonetik dan fonemik, secara umum fonetik biasa dijelaskan
sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan
apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa
dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Fonemik
menitikberatkan perhatiaannya kepada ciri fungsional, yakni berfungsi
membedakan arti.
Defenisi
fonologi menurut para ahli :
Ø Menurut Fromkin
& Rodman, 1998:96, Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis,
dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.
Ø Trubetzkoy (1962:11-12), Fonologi merupakan
studi bahasa yang berkenaan dengan sistem bahasa, organisasi bahasa, serta
merupakan studi fungsi linguistis bahasa.
Ø Menurut Daniel Jones, Sarjana fonologi Inggris,
Fonologi ialah sistem bunyi sebuah bahasa.
Dari beberapa
pendapat para ahli diatas saya menyimpulkan bahwa fonologi adalah bidang
linguistic yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan system bunyi
bahasa, organisasi bahasa secara beruntut.
2. FONEMIK
Ø Objek kajian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa
yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Kalau dalam fonetik, misalnya,
kita meneliti bunyi /a/ yang berbeda pada kata-kata misalnya, lancar, tawa, dan
lain, maka dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi itu mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Jika bunyi itu membedakan makna, maka
bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika tidak membedakan makna adalah bukan
fonem.
Ø
Kedua, fonemik yaitu kesatuan bunyi terkecil suatu
bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik
mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya
bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan
perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r].
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem
yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Ø
Identifikasi
Fonem
Indentifikasi fonem adalah proses mengetahui suatu bunyi fonem atau bukan. Sebelumnya harus dicari satuan bahasa, biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandikan satu bunyi bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi itu adalah fonem.
Fonem ada yang memiliki beban fungsional yang tinggi dan yang rendah. Disebut tinggi karena karena banyak ditemui pasangan minimal yang mengandung fonem tersebut.
Alofon
Dua buah bunyi dari sebuah fonem yang sama yang merupakan realisasi dari sebuah fonem disebut dengan alofon.
Kalau dikatakan alofon adalah realisasi dari fonem. Maka bisa dikatakan fonem bersifat abstrak karena fonem hanyalah abstraksi dari alofon-alofon itu. Dengan begitu, alofonlah bagian yang nyata dan kongkret dalam bahasa.
Klasifikasi Fonem
Kriteria dan prosedur klarifikasi fonem sama saja dengan klarifikasi bunyi. Hanya saja bedanya kalau bunyi-bunyi vokal dan konsonan itu banyak sekali, maka fonem vokal dan vonem konsonan ini agak terbatas, sebab hanya bunyi-bunyi yang dapat membedakan akna saja yang dapat menjadi fonem.
Fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus uaran disebut fonem segmental. Sebaliknya fonem yang beruapa unsur suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental.
Khazanah Fonem
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Banyaknya jumlah fonem dalam suatu bahasa tidaklah sama dengan bahasa lain. Hal ini bisa dibuktikan dengan penelitian beberapa pakar yang menyatakan banyaknya fonem di Hawai yang berjulah 13 buah tidaklah sama dengan jumlah fonem di arab yang hanya memiliki 3 buah.
Perubahan Fonem
Perubahan fonem terjadi dikarenakan ucapan sebuah fonem dapat berbeda-bed sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya.
Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunya ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Kalau ada perubahan fonem yang menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem, maka perubahan itu disebut asimilasi fonemis.
Netralisasi dan Arfikonem
Netralisasi adalah bunyi yang dinetrakan menjadi bunyi yang tak bersuara. Sebagai contoh kata hard dan hart dalam bahasa Inggris. Sedangkan arfikonem adalah perubahan bentuk fonem. Contohnya, jawaban. Realisasinya bisa menjadi b atau p.
Umlaut, Ablaut dan Harmoni Vokal
Umlaut berasal dari bahasa Jerman. Kata ini memiliki pengertian perubahan ikal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang tinggi.
Ablaut adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa Indo Jerman untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal.
Perubahan bunyi biasa disebut dengan harmoni vokal, banyak ditemui dalam bahasa Turki.
Kontraksi
Kontraksi adalah proses menyingkat atau memperpendek ujaran. Dalam kontraksi, pemendekan itu menjadi satu segmen dengan pelafalannua sendiri-sendiri.
Metatesis dan Epentesis
Proses metatesis bukan mengubah bentuk fonem menjadi fonem yang lain, melainkan mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata. Sedangkan epentesis adalah proses homogrannya sebuah fonem dengan lingkungannya, yang kemudian disisipka ke dalam sebuah kata.
Fonem dan Grafem
Fonem adalah satuan bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan maka kata. Untuk menetapkan sebuah bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan harus dicari pasangan minimalnya, berupa dua buah kata yang yang mirip, yang mimiliki satu bunyi berbeda.
Indentifikasi fonem adalah proses mengetahui suatu bunyi fonem atau bukan. Sebelumnya harus dicari satuan bahasa, biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandikan satu bunyi bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi itu adalah fonem.
Fonem ada yang memiliki beban fungsional yang tinggi dan yang rendah. Disebut tinggi karena karena banyak ditemui pasangan minimal yang mengandung fonem tersebut.
Alofon
Dua buah bunyi dari sebuah fonem yang sama yang merupakan realisasi dari sebuah fonem disebut dengan alofon.
Kalau dikatakan alofon adalah realisasi dari fonem. Maka bisa dikatakan fonem bersifat abstrak karena fonem hanyalah abstraksi dari alofon-alofon itu. Dengan begitu, alofonlah bagian yang nyata dan kongkret dalam bahasa.
Klasifikasi Fonem
Kriteria dan prosedur klarifikasi fonem sama saja dengan klarifikasi bunyi. Hanya saja bedanya kalau bunyi-bunyi vokal dan konsonan itu banyak sekali, maka fonem vokal dan vonem konsonan ini agak terbatas, sebab hanya bunyi-bunyi yang dapat membedakan akna saja yang dapat menjadi fonem.
Fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus uaran disebut fonem segmental. Sebaliknya fonem yang beruapa unsur suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental.
Khazanah Fonem
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Banyaknya jumlah fonem dalam suatu bahasa tidaklah sama dengan bahasa lain. Hal ini bisa dibuktikan dengan penelitian beberapa pakar yang menyatakan banyaknya fonem di Hawai yang berjulah 13 buah tidaklah sama dengan jumlah fonem di arab yang hanya memiliki 3 buah.
Perubahan Fonem
Perubahan fonem terjadi dikarenakan ucapan sebuah fonem dapat berbeda-bed sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya.
Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunya ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Kalau ada perubahan fonem yang menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem, maka perubahan itu disebut asimilasi fonemis.
Netralisasi dan Arfikonem
Netralisasi adalah bunyi yang dinetrakan menjadi bunyi yang tak bersuara. Sebagai contoh kata hard dan hart dalam bahasa Inggris. Sedangkan arfikonem adalah perubahan bentuk fonem. Contohnya, jawaban. Realisasinya bisa menjadi b atau p.
Umlaut, Ablaut dan Harmoni Vokal
Umlaut berasal dari bahasa Jerman. Kata ini memiliki pengertian perubahan ikal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang tinggi.
Ablaut adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa Indo Jerman untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal.
Perubahan bunyi biasa disebut dengan harmoni vokal, banyak ditemui dalam bahasa Turki.
Kontraksi
Kontraksi adalah proses menyingkat atau memperpendek ujaran. Dalam kontraksi, pemendekan itu menjadi satu segmen dengan pelafalannua sendiri-sendiri.
Metatesis dan Epentesis
Proses metatesis bukan mengubah bentuk fonem menjadi fonem yang lain, melainkan mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata. Sedangkan epentesis adalah proses homogrannya sebuah fonem dengan lingkungannya, yang kemudian disisipka ke dalam sebuah kata.
Fonem dan Grafem
Fonem adalah satuan bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan maka kata. Untuk menetapkan sebuah bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan harus dicari pasangan minimalnya, berupa dua buah kata yang yang mirip, yang mimiliki satu bunyi berbeda.
Ø
KESIMPULAN
Saya
menyimpulkan bahwa Fonemik adalah ilmu
yang mempelajari bunyi-ujaran dalam
fungsinya sebagai pembeda arti.
3. MORFOLOGI
Ø Manakala
Abdullah Hassan juga
menyatakan definisi morfologi dalam buku
Linguistik Am,2007 : 117 , morfologi ialah bidang linguistik yang
mengkaji bagaimana perkataan dibina.Kajian ini dilakukan terhadap unsur-unsur
yang membentuk perkataan, proses-proses membentuk perkataan dan bentuk – bentuk
perkataan ialah morfem dan kata.
Ø Nik
Safiah Karim dan rakan – rakannya dalam buku Tatabahasa Dewan Edisi Baharu , 2004
:43 berpendapat morfologi ialah bidang ilmu bahasa yang mengkaji
struktur , bentuk dan penggolongan kata.Dengan struktur kata dimaksudkan
susunan bentuk bunyi ujaran atau lambang yang turut menjadi unit bahasa yang
bermakna.
Ø Menurut
Raminah
Hj.Sabran dan Rahim Syam dalam buku Kajian Bahasa Untuk Pelatih
Maktab Perguruan ,1985 :152, bidang morfologi merupakan bidang dalam
kajian bahasa yang mengkaji tentang perkataan dan cara –cara pembentukkannya.O`Grady
& Guzman juga menyatakan pendapat pada tahun 2000 :121 dalam buku yang disediakan
oleh Radiah
Yusoff dan rakan – rakannya,2004:36 iaitu morfologi adalah merujuk
kepada kajian tentang
Ø -
Morfem adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih
memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi.
Contoh: jika kata ‘diterima’ dibandingkan dengan kata ‘terima’, maka /di-/
mempunyai makna. Bentuk /di-/ ternyata tidak dapat dipecah menjadi
bagian-bagian bermakna yang lebih kecil.
Ø -
Kata adalah kumpulan huruf yang memiliki makna. Kata digolongkan menjadi
dua jenis, yaitu partikel dan kata penuh. Partikel yang kita
kenal misalnya yang, dari, ke, di, dan
pada. Sedangkan kata penuh dibedakan menjadi kata benda,
contohnya kursi dan meja, kata sifat contohnya bagus dan cantik, kata
keterangan, kata depan, kata sambung, kata bilangan, dan sebagainya.
Ø -
Morf adalah bentuk terkecil yang mempunyai makna, yang tidak atau belum dibicarakan
dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem.
Ø Contoh:
Ø membuat
buat
Ø membesar
besar
Ø membeku
beku
Ø kesimpulannya bahwa wujud morf /mәm/
terdapat dalam jalinan hubungan dengan /mә, mәm, mәň, mәη/. Bersama-sama,
kelima morf itu membentuk satu kesatuan, yakni morfem {me}.
Ø -
Proses morfologis merupakan perangkaian morfem. Salah satu contoh proses
morfologis ialah pengimbuhan atau afiksasi (penambahan afiks). Penambahan afiks
dapat dilakukan di awal (prefiks), di tengah ( infiks), di akhir (sufiks), atau
di awal dan di akhir morfem dasar (konfiks).
Ø Contoh:
Ø Prefiks
berduka
Ø
melawan
Ø Infiks
gemuruh
Ø
Gelosok
Ø Sufiks
tuliskan
Ø
tulisan
Ø Konfiks
persatuan
Ø
Kesatuan
KESIMPULAN
Ø Morfologi ialah bidang ilmu bahasa yang
mengkaji struktur, bentuk dan penggolong kata. Struktur kata bermaksud susunan
bunyi ujaran atau lambang yang
menjadi unit tatabahasa yang bermakna. Bentuk kata pula ialah rupa unit
tatabahasa sama ada bentuk tunggal atau hasil daripada proses pengimbuhan,
pemajmukan dan penggandaan. Penggolongan kata pula ialah proses menjeniskan
perkataan berdasarkan keserupaan bentuk dan latar fungsi dengan anggota lain
dalam golongan yang sama.
4.
SINTAKSIS
Ø
A. Pengertian
Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “sun” yang berarti “dengan” dan kata “tattein” yang berarti “menempatkan”.
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “sun” yang berarti “dengan” dan kata “tattein” yang berarti “menempatkan”.
Ø Definisi atau batasan sintaksis menurut para ahli
- Hari Murt Kridalaksana (1993)
Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari gramatika yaitu morfologi dan cabang linguistic yang mempelajari tentang kata.
- Ramlah (2001:18)
Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase.
- Gleason (1955)
“Syntax maybe roughly defined as the principles of arrangement of the construction (word) into large constructions of various kinds.”
Artinya: sintaksis mungkin dikaitkan dari definisi prinsip aransement konstruksi (kata) kedalam konstruksi besar dari bermacam-macam variasi.
Kajian sintaksis meliputi :
1. Frasa
a. Frasa adalah satuan gramatikal yang tidak melebihi batas fungsi
b. Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
1. Frasa
a. Frasa adalah satuan gramatikal yang tidak melebihi batas fungsi
b. Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
. Jenis Frase
1)
Frase Eksostentrik
Frase
eksosentrik adalah frase yang komponen komponennya tidak mempunyai perilaku
sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Misalnya, frase di pasar, yang
terdiri dari komponen di dan komponen pasar. Frase eksosentirk biasanya
dibedakan atas frase eksosentrik yang direktif dan frase eksosentrik yang
nondirektif.
2) Frase Endosentrik
Frase
endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki
perilaku sintaksias yang sama dengan keseluruhannya. Misalnya, sedang komponen
keduanya yaitu membaca dapat menggantikan kedudukan frase tersebut.
3) Frase Koordinatif
Frase
koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen
atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh
kunjungsi koordinatif.
4) Frase Apositif
Frase
apositif adalah frase koordinatif yang kedua k komponenanya saling merujuk
sesamanya, dan oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.
2.
Klausa
a. Pengertian Klausa
Klausa
adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang
berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai
objek, dan sebagai keterangan. Badudu (1976 : 10) mengatakan bahwa klausa
adalah “sebuah kalimat yang merupakan bagian daripada kalimat yang lebih
besar.”
Sebuah
konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu diberikan intonasi final
atau intonasi kalimat. Jadi, konstruksi nenek mandi baru dapat disebut kalimat
kalau kepadanya diberi intonasi final kalau belum maka masih berstatus
klausa.Tempat klausa adalah di dalam kalimat.
b.
Jenis Klausa[12]
Berdasarkan
strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa
bebas dalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya
mempunyai subyek dan predikat, dan karena itu mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat mayor. Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap.
Berdasarkan
kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa
verbal, klausa nominal, klausa ajektival, klausa adverbial dan klausa
preposisional. Dengan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya klausa
transitif, klausa intransitif, klausa refleksif dan klausa resprokal.)
Klausa
ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektiva, baik berupa kata
maupun frase.
Klausa
adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial. Klausa preposisional
adalah klausa yang predikatnya berupa frase berkategori.
Klausa
numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numerila.
Klausa klausa yang subjeknya terikat
didalam predikatnya, meskipun di tempat lain ada nomina atau frase nomina yang
juga berlaku sebagai subjek.
3.Kalimat
a. Kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
b. Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir.
3.Kalimat
a. Kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
b. Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir.
b. Jenis Kalimat
Jenis
kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai, kriteria atau sudut pandang.
Kalimat inti dan Kalimat Non Inti
Kalimat
inti atau disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti
yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmarif. Di dalam
praktek berbahasa, lebih banyak digunakan kalimat non inti daripada kalimat
inti.
1) Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalau
klausanya hanya satu, maka kalimat tersebut disebut kalimat tunggal. Kalau
klausa di dalam kalimat terdapat lebih dari satu, maka kalimat itu disebut
kalimat majemuk. Berdasarkan sifat hubungan klausa di dalam kalimat, dibedakan
adanya kalimat majemuk koordinatif (konjungsi koordinatif seperti dan, atau,
tetapi, lalu) kalimat majemuk subordinatif (kalau, ketika, meskipun, karena)
dan kalimat majemuk kompleks ( terdiri dari tiga klausa atau lebih, baik
dihubungkan secara koordinatif maupun subrodinatif atau disebut kalimat majemuk
campuran./
2) Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Kalau
klausa lengkap sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat, maka kalimat
itu disebut kalimat mayor. Kalau klausanya tidak lengkap, entah terdiri subjek
saja, predikat saja, ataukah keterangan saja, maka kalimat tersebut disebut
kalimat minor.
3) Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal
Kalimat
verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang
predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verba. Sedangkan kalimat
nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan frase atau frase verbal, bisa
nomina, ajektiva, adverbial, atau juga numeralia.
4) Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat
bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau
dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks
lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak
dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau menjadi pembuka paragraf
atau wawancara tanpa bantuan konteks.
c. Intonasi Kalimat
Dalam
bahasa Indonesia intonasi tidak berlaku pada tataran fonologi dan morfologi,
melainkan hanya berlaku pada tataran sintaksis. Intonasi merupakan ciri utama
yang membedakan kalimat dari sebuah klausa. Ciri-ciri intonasi berupa tekanan
tempo dan nada.
Ø KESIMPULAN Dari
beberapa pendapat para ahli diatas saya menyimpulkan bahwa sintaksis adalah
ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat dalam bahasa alami.
Selain aturan ini, kata sintaksis juga digunakan untuk merujuk langsung pada
peraturan dan prinsip yang mencakup struktur kalimat dalam bahasa apapun
5.
SEMANTIK
Pengertian atau Definisi Semantik Menurut Para Ahli
Ø J.W.M Verhaar; 1981:9
Mengemukakan bahwa semantik
(inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang
sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.
Ø Lehrer; 1974: 1
Semantik adalah studi tentang makna.
Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut
menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan
dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
Ø Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195)
Semantik mengasumsikan bahwa bahasa
terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek
dalam pengalaman dunia manusia.
.
Ø KESIMPULAN
Dari beberapa pendapat para ahli
diatas saya menyimpulkan bahwa Semantik adalah salah satu cabang ilmu bahasa.
semantik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang makna suatu kata atau
kalimat.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul.2003. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
Marsono. 1989. Fonetik. yogyakarta: Universitas
Gagjah Mada
Achmad,
H.P. 2007. FONOLOGI-SERI FONETIK. Jakarta: UNJ Press.
Alek, dan Achmad, H.P. 2009. Linguistik
Umum. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Chaer,
Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan
(Fonologi, Morfologi, dan Semantik). Bandung: UPI
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
http://Hakikat Bahasa « Bahasa, Sastra, & Aksara.html
http://Hakikat Bahasa « Bahasa, Sastra, & Aksara.html
Maaf. Cara menulis yang akademis begini: Menurut XXXXXX (2009:73), linguistik adalah ilmu tentang bla bla bla. Sementara itu, menurut YYYYY (2006:154), linguistik adalah ilmu tentang blo blo blo. Hampir sama dengan definisi-definisi di atas, ZZZZZ mendefinisikan linguistik sebagai blu blu blu. Berdasarkan pendapat XXXXXX, YYYYY, dan ZZZZZ di atas, bisa disimpulkan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bla blo blu. (anda juga perlu menghilangkan kata 'bahwa' dalam kutipan-kutipan anda di atas).
BalasHapusMaaf. Cara menulis yang akademis begini: Menurut XXXXXX (2009:73), linguistik adalah ilmu tentang bla bla bla. Sementara itu, menurut YYYYY (2006:154), linguistik adalah ilmu tentang blo blo blo. Hampir sama dengan definisi-definisi di atas, ZZZZZ mendefinisikan linguistik sebagai blu blu blu. Berdasarkan pendapat XXXXXX, YYYYY, dan ZZZZZ di atas, bisa disimpulkan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bla blo blu. (anda juga perlu menghilangkan kata 'bahwa' dalam kutipan-kutipan anda di atas).
BalasHapus